Minggu, 31 Agustus 2008

KIAT PERSIAPAN DAN PRESENTASI BAGUS DAN MENARIK KETIKA MENJADI INSTRUKTUR DI KKG/MGMP

Oleh : Kusmoro

Pada umumnya kegiatan forum guru didampingi/difasilitasi para guru senior atau pengawas sekolah. Namun meraka tidak mempunyai bekal bagaimana presentasi yang menjadikan kegiatan forum ini bermakna. Sebab keberhasilan presentasi seorang instruktur dapat dilihat dari tingkat keberhasilan forum kerja guru tersebut. Sebagai instruktur baik di forum Kelompok Kerja Guru (KKG) di SD/MI maupun di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) di SLTP dan SLTA maka ketika melakukan persiapan maupun presentasi mestinya ujung-ujungnya diperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sajian didepan peserta forum kerja guru mempunyai makna yang dalam dan disenangi para guru. Untuk Membuat dan Menyajikan Presentasi Bagus dan Menarik dalam forum kerja guru tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan aplikasi pembuatan presentasi
Dewasa ini, aplikasi pembuatan presentasi terbagi dalam beberapa kategori. Perbedaan utama yang dimiliki masing-masing jenis aplikasi umumnya terletak pada output file yang dihasilkan dan media penyajian presentasi yang diakomodasi oleh aplikasi terkait. Kategori jenis, output file, dan media penyajian presentasi antara lain meliputi: 1). Aplikasi Office, penggunaan aplikasi office disarankan bagi pembuatan dokumen presentasi secara cepat dan praktis, dengan materi presentasi yang singkat dan ringkas. Integritas aplikasi office memungkinkan penyajian grafik, tabel, dan data dapat dilakukan secara mudah. Fleksibilitas penyajian output file sangat tinggi, mengingat secara umum setiap komputer memiliki aplikasi office di dalamnya. Microsoft Power Point merupakan contoh aplikasi yang sangat lazim digunakan untuk kebutuhan ini. 2). Aplikasi Multimedia, penggunaan aplikasi multimedia disarankan bagi pembuatan dokumen presentasi yang interaktif, otomatis, dan berdaya tarik. Penggunaan efek, animasi, objek grafis, serta materi audio dan video menjadi lebih optimal jika dirangkai melalui aplikasi jenis ini. Flesibilitas penyajian output presentasi sedikit terbatas. Umumnya output file yang dihasilkan memerlukan aplikasi bantu tertentu untuk menunjang penyajiannya. Hal ini dapat diatasi penyaji dengan selalu menyiapkan source player multimedia pada kemasan modul presentasinya. Macromedia Flash, merupakan contoh aplikasi yang lazim digunakan untuk kebutuhan ini. 3). Aplikasi Dokumentasi, penggunaan aplikasi dokumentasi disarankan bagi pembuatan dokumen presentasi dengan materi detail dan komprehensif. Aplikasi jenis ini mampu mempertahankan konsistensi presisi tampilan dan menyediakan fasilitas proteksi pada content dokumen. Fleksibilitas penyajian output file sangat tinggi, bahkan bersifat multi platform (dapat diakses dari berbagai sistem operasi). Selain itu, output file dapat dipertukarkan dan disajikan secara aman melalui beberapa metode (misalnya via internet). Tool PDF Maker seperti Adobe Acrobat, atau HTML Editor seperti Microsoft FrontPage merupakan beberapa alternatif aplikasi yang dapat Anda gunakan. Berdasarkan output dan media presentasi yang didukung oleh jenis aplikasi presentasi di atas, Anda dapat memperkirakan aplikasi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan pembuatan dokumen presentasi Anda.
b. Perencanaan materi presentasi.
Dalam perencanaan materi presentasi dokumen presentasi merupakan hal paling mendasar yang perlu Anda persiapkan. Beberapa di antaranya adalah : 1). Tentukan Tema dan Tujuan secara Spesifik. Meskipun Anda dimungkinkan menyusun satu dokumen presentasi dengan kandungan yang sangat komprehensif untuk berbagai keperluan, namun hal ini tidak disarankan. Pastikan Anda memiliki dokumen presentasi tersendiri dengan tema, tujuan dan misi, serta target audience penyajian presentasi yang spesifik. 2). Susun Kerangka Materi Presentasi. Ibarat merencanakan sebuah karya tulis yang dituangkan dalam sebuah kerangka karangan, maka presentasi yang baik juga harus memiliki kerangka materi yang dituangkan dalam poin-poin presentasi. Susun poin-poin utama presentasi, estimasikan jumlah dan koherensi slide-slide Anda, temasuk pertimbangan perlunya referensi-referensi pendukung. 3). Kumpulkan Materi Utama dan Pendukung. Pengumpulan materi dapat Anda persiapkan dari awal. Anda dapat mulai merangkum sumber-sumber materi yang akan Anda tuangkan. Pilih koleksi file gambar, audio, atau video sebagai objek pendukung. Siapkan tabel, grafik, dan data pendukung jika diperlukan. 4). Tentukan Aplikasi Pembuat. Presentasi yang Tepat. Berdasarkan perencanaan, kerangka, dan kumpulan materi yang telah Anda siapkan di awal, maka Anda dapat memilih aplikasi pembuat presentasi yang tepat bagi penuangan materi presentasi Anda. Baca kembali tip pada bagian awal untuk memastikannya. 5). Manfaatkan Aplikasi PenunjangInovasi di bidang perangkat lunak dewasa ini sangat beragam. Anda dapat memanfaatkan aplikasi tertentu untuk keperluan tertentu. Pada dasarnya, output akhir yang Anda persiapkan melalui aplikasi penunjang selalu dapat Anda integrasikan ke dalam slide presentasi. Di samping memanfaatkan aplikasi penunjang bagi penyusunan materi, Anda sebaiknya juga melengkapi diri dengan berbagai aplikasi bantu bagi penyajian presentasi. 6). Tentukan Output Sesuai dengan Kebutuhan. Tentukan output akhir presentasi Anda berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diulas di bagian awal. Jika memungkinkan, pilih output akhir yang paling fleksibel, sehingga Anda mudah menyajikan, mengekspor, atau mengonversikan formatnya ke dalam output lainnya jika diperlukan.
c. Penguasaan aspek teknis
Selain menguasai aspek pembuatan sebuah dokumen presentasi melalui aplikasi tertentu, akan lebih ideal jika Anda juga memahami berbagai hal berkaitan dengan aspek teknis seputar penyajian presentasi. Beberapa di antaranya adalah tentang perangkat-perangkat yang diperlukan dalam menyajikan sebuah presentasi, perangkat pendukung yang dapat Anda pilih, serta teknik-teknik penggunaannya. Beberapa hal yang sebaiknya Anda pahami atara lain :1). Pemilihan Perangkat Komputer, peran komputer penyaji sangat dominan bagi kelancaran sebuah sesi presentasi. Pertimbangan pemilihan perangkat komputer antara lain mengenai spesifikasi teknis komputer, jenis atau tipe komputer, kelengkapan perangkat teknologi yang terpasang, serta sistem operasi dan aplikasi penunjang yang ada di dalamnya. 2). Pemilihan Media Simpan, media simpan tidak hanya terbatas pada harddisk yang ada di dalam PC Anda. Pertimbangkan segi portabilitas, flesibilitas, dan mobilitas media simpan bagi dokumen presentasi Anda. Pertimbangkan pemakaian keping optical disk, USB Flash Memory, atau bahkan server jaringan atau hosting internet. 3). Pemilihan Perangkat DisplayPerangkat display presentasi tidak hanya terbatas pada OHP. Pertimbangkan penggunaan LCD Projector, DLP Projector, atau Dual / Multi Monitor untuk berpresentasi. Tentukan juga jenis screen yang paling sesuai dengankebutuhan Anda. 4). Pemilihan Perangkat Pendukung, sound system yang memadai adalah syarat mutlak bagi penyajian presentasi. Tentukan jenis perangkat sound system yang fleksibel namun berkemampuan optimal. Pertimbangkan juga pemakaian laser pointer untuk mendampingi sesi presentasi Anda. Sediakan camera pada ruang presentasi untuk keperluan dokumentasi Anda, terlebih jika Anda ingin mendistribusikan kembali moment-moment presentasi yang cukup penting untuk kolega Anda.
d. Teknik penyajian presentasi
Sebagus apapun materi presentasi Anda, selengkap apapun perangkat presentasi yang tersedia, semua akan sia-sia jika teknik penyajian presentasi Anda tidak menarik. Beberapa tip yang kami berikan antara lain : 1). Kuasai Teknik-teknik Penyajian Presentasi, temukan teknik-teknik tertentu, seperti bagaimana menyajkan presentasi melalui beberapa monitor, bagaimana menyembunyikan sajian slide secara temporer untuk mengalihkan perhatian audience dari screen ke pembicaraan Anda, termasuk bagaimana mengemas slide presentasi agar dapat berjalan secara otomatis atau dapat diakses via internet. 2). Simulasikan Presentasi Anda Sesering Mungkin, jika perlu, gunakan fasilitas Timer yang tersedia pada aplikasi penyaji presentasi untuk memastikan ketepatan waktu pemaparan setiap slide presentasi Anda. 3). Lengkapi Sajian Presentasi dengan Materi Tambahan, anda dapat mencetak dan mendistribusikan lembar handout, membagikan CD materi presentasi, atau bahkan menyertakan materi pendukung bagi audience. Hal ini dapat meminimalkan pecahnya perhatian audience karena harus mencatat poin-poin dan paparan Anda, menghindari tidak tertangkapnya sebagian materi presentasi yang Anda sajikan, dan tentunya menjadi salah satu media penyebaran bagi visi dan misi penyajian presentasi Anda.

Senin, 18 Agustus 2008

REFLEKSI LOMBA KTI WI DAN TENAGA FUNGSIONAL BP-PNFI TAHUN 2008 PENGARUHNYA TERHADAP DIKLAT PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Oleh : Kusmoro

Lomba Karya Tulis Ilmiah Widyaiswa(LKTIW) dan Tenaga Fungsional BP-PNFI yang diselenggarakan tanggal 11 sampai dengan 15 Agustus tahun 2008 di Hotel Prameswari Cipanas Jawa Barat. Kegiatan lomba ini dilaksanakan setiap tahun sekali dan sekarang merupakan tahun ke-3. Adapun maksud dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan profesionalitas, juga untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar informasi dalam melakukan penelitian dan inovasi pendidikan. Hasil penelitian tersebut dapat disebarluaskan kepada pendidik dan tenaga kependidikan diseluruh Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Dengan harapan hasil temuan para peserta lomba dapat menjadi dokumen sering dinatara peserta yang gong terakhirnya adalah dapat diserap, diaplikasikan, atau diadaptasikan sesuai dengan kondisi daearah masing-masing diseluruh wilayah peserta lomba setelah kembali ketempatnya. Bahkan dapat menjadi dasar pemikiaran pengembangan didaerahnya baik berupa Diklat terhadap guru maupun aplikasiaplikasi kongkrit lainnya yang dapat membumi. Disamping itu juga hal ini dapat menjadi motivasi para guru peserta Diklat pengembangan profesi kedepan, sebeb perlakuan kompetisi masalah pengembangan profesi setiap tenaga fungsional adalah tetap pembudayaan menulis sesuai dengan bidang profesinya. Sebab para peserta lomba tersebut pada hakekatnya para penjamin mutu pendidikan diinstansinya masing-masing. Yang aksi penjaminan mutu tersebut diantaranya dalam bentuk Diklat baik untuk guru maupun tenaga pendidik yang lain sesuai dengan tema kediklatan yang dikembangkan. Dimana secara tidak langsung dampak kegiatan lomba tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas bahan Diklat maupun pelaksanaan Diklat (terutama penyajian) pengembangan profesi para guru di daerah masing-masing di seluruh Indonesia. Sebab para widyaiswara maupun tenaga fungsional BP-PNFI tersebut telah digembleng oleh para pakar pengembangan profesi ditataran profesional yang cukup tinggi. Dengan demikian pengaruh hakekat pengembangan profesi akan lebih tajam dan berkualitas atau membumi pada guru
LKTIW dan tenaga fungsional BP-PNFI ini diikuti lebih dari 200 peserta dari selruh WI dan BP-PNFI seluruh Indonesia di lingkungan Dirjen PMPTK. Namun demikian peserta yang terpanggil untuk seleksi presentasi adalah 200 peserta. Dari 200 peserta tersebut dalam presentasi pertanggungjawaban tulisan hasil penelitian peserta tersebut dikelompokan menjadi 8 kelompok yang masing-masing berjumlah 25 peserta, dengan 2 orang penguji dan lama waktu presentasi dan tanya jawab selama 20 menit. Hasil rangking tertinggi dari tiap kelompok diambil 5 besar. Dengan demikian dari seluruhnya akan diperoleh 40 peringkat yang harus mengikuti presentasi terbuka dengan penguji dari seluruh penguji kelompok yang berjumlah 16 orang dengan lama presentasi dan tanya jawab selama 10 menit.
Hasil presentasi terbuka 40 peserta yang masuk final dimaksudkan untuk mendapatkan 20 peringkat atas. Dari 20 orang ini yang merupakan sebagai duta dalam peserta Hari Ulang Tahun (HUT) ke 63 tahun 2008 di istana negara Jakarta. Dari 20 peringkat atas tersebut yang merupakan 3 peringkat utama adalah :Ir Sahirman,MP dari P4TK Pertanian Cianjut, Widya Ayu Puspita, S.KM, M.Kes dari BP-PNFI Region IV Surabaya, dan Sugeng, M.Pd dari LPMP Kalteng.
Sebagai refleksi kegiatan LKTI WI dan Tenaga Funsional lainnya kedepan mestinya didalam karya tulis yang dilombakan tersebut perlu mengembangkan aspek-apkek berikut:
a. Rancangan penelitian
Dalam rancangan penelitian sebaiknya berangkat dari masalah yang : fokus/tajam, ide/gagasan yang belum banyak diteliti tetapi sangat bermanfaat, up to date, mempunyai kontribusi pada keilmuan dan profesi yang cukup tinggi, ada teori yang diacu(sebaiknya terutama untuk penelitian selain kualitatif) demi perkembangan suatu teori yang tidak putus, tujuan penelitian lebih praktis dan inovatif, serta rumusan judul menggoda membuat pembaca penasaran.
b. Kajian Pustaka
Dalam hal pemilian bahan kajian pustaka untuk mendukung judul penelitian yang di rancang maka sebaiknya peneliti memperhatikan segi : tingkat relevan, tingkat kemuatahiran, sebaiknya sumber primer diambil dari hasil penelitian, malalui studi pustaka/kemajuan yang dicapai, studi pendahuluan, dan daftar rujukan yang dipakai jelas terkini atau yang relevan
c. Acuan Metode
Dalam menentukan metode pada penelitian yang akan digunakan maka perlu memperhatikan/mengacu hal sebagai berikut : ketepatan strategi dan pendekatan, ketepatan rancangan penelitian, ketepatan dalam penggunaan instrumen, cakupan subjek, serta ketepatan dan ketajaman analisis
d. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya perlu perhatikan hal-hal sebagai berikut : kelengkapan alat/ protokol, ketepatan waktu yang sesuai dengan rancangan penelitian, keterlaksanaan prosedur penelitian yang dirancang, kevalitan data yang diperoleh, dan keterwakilan populasi
e. Pelaporan
Dalam pembuatan pelaporan hasil penelitian perlu memperhatikan : sistimatika/format laporan, tata tulis ilmiah(paragraf, pengutipan, tanda baca, dll), keterbacaan dengan visualisasi(tabel, bagan, gambar, dsb), dan kelengkapan laporan
Disamping kegiatan lomba tersebut pseerta disugui dengan diskusi panel yang sangat meraik dengan panelis dari consultan AUSAID, consultan BERMUTU, dan consultan JICA. Dengan sajian masalah Strengthering Training System Toward Continuours Profesional Development Thhrough Networking and Parnership
Kegiatan lomba ini mempunyai pengaruh besar terhadap proyeksi kinerja para peserta yaitu widyaiswara ataupun tenaga fungsional lainnya, terutama masalah pengembangan profesi. Sebenarnya ajang ini sangat bagus dalam menyatukan wawasan ilmiah, sebab pada acara tersebut terjadi interaksi ilmiah antara para pakar karya ilmiah dari berbagai perguruan tinggi terhadap para peserta lomba yaitu para widyaiswara dan tenaga fungsional lainnya. Oleh karana itu kancah ini dapat menjadi media pengembangan kemampuan para penjamin mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian mutu pendidikan lambat laun akan terwujud seperti yang diharapkan kita semua

Senin, 04 Agustus 2008

AWAL DARI PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS SMA


Oleh : Sri Sukwantini
(Guru SMA 1 Pontianak Kalimantan Barat)
Dalam pembelajaran matematika di kelas di jenjang SMA sebaiknya setiap selesi pembelajaran hingga evaluasi perlu digalakan masalah tindak lanjutnya. Pada implementasi KTSP, setelah selesai pembelajaran kita para guru pada umunya terutama guru matematika di SMAN 1 Pontianak digariskan untuk melakukan refleksi dan tindak lanjutnya seprti melakukan remidial bagi para siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal(KKM) dan memberikan penyayaan bagi siswa yang hasil evaluasinya melebihi KKM. Para guru pada umunya terutama guru matematika di SMAN1 Pontianak ini jika melihat hasil refleksinya ternyata menunjukan masalah yang sangat krusial dan segera dilakukan tindakan maka persoalan tersebut remedialnya dapat dilakukan dengan penelitian tindakan kelas.
Dalam penelitian tersebut guru memang harus memahami permasalahan dengan benar. Pada penelitian yang sistematis selalu diawali dengan sesuatu persoalan. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti. Dalam pemilihan dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian dibidang apa saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa permulaan ini kerapkali menggunakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek penelitian mereka. Oleh karena itu penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik.
Peneliti mula-mula harus menentukan pokok persoalan penelitian yang bersifat umum. Pilihan seperti itu selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah kepada suatu bidang yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Jika tidak, mungkin akan sulit mengerahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu sampai selesai. Pengalaman, pengetahuan, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya menentukan pilihan itu.
Misal seorang guru matematika SMA merasakan perlu melakukan meneliti beberapa aspek pengajaran dalam matematika seperti pembelajaran matematika yang selalu gersang, kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan geometri, kesulitan siswa dalam memahami funsi turunan dan integral, kesulitan memecahkan persoalan fungsi trigonometri, kesulitan memecahkan persoalan matematika dalam cerita atau wacana proyeksi kehidupan sehari-hari, dan banyak masalah pengajaran matematika lainnya. Demikian juga ada guru matematika yang tertarik untuk meneliti keefektifan program-program penggunaan media pembelajaran, metode, pendekatan, dan model dalam pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut kemudian guru matematika memiilih pokok persoalan yang masih bersifat umum itu kemudian dipersempit sampai menjadi persoalan yang sangat khusus. Seorang peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga harus menyatakan dengan tepat apa yang akan dilakukan untuk memperoleh jawaban atas penelitian pendidikan tersebut.
Paling banyak peneliti pemula menganggap bahwa mengungkap masalah dan merumuskannya dalam perumusan masalah sebagai hal yang sulit. Kesulitan itu menurut Madyo Ekosusilo(2005:3), bukanlah disebabkan oleh kurangnya persoalan yang dapat diteliti di bidang pendidikan. Disamping itu sesungguhnya banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban, sehingga para pemula biasanya menemui kesulitan untuk memilih salah satu diantaranya. Satu kesulitan yang lazim dihadapi ialah bahwa suatu persoalan harus dipilih, dan pertanyaannya harus dirumuskan pada kesempatan yang sangat dini, pada waktu pengertian peneliti pemula tentang bagaimana cara melakukan penelitian masih sangat terbatas. Ketidakpastian tentang sifat-sifat persoalan penelitian, pemisahan masalah, criteria tentang akseptabilitas (hal yang dapat diterimanya suatu masalah), serta bagaimana memecahkan masalah tersebut, siring tampak banyak sekali. Seorang peneliti yang telah berpengalaman pun biasanya merasa perlu mencoba beberapa kali sebelum sampai kepada suatu masalah penelitian yang memenuhi criteria yang telah diterima secara umum. Mungkin pemilihan atau perumusan pertama, setelah diperiksa lebih cermat , ternyata tidak dapat dilaksanakan atau kurang bernilai untuk diteliti. Keterampilan dalam melakukan penelitian tidak lepas dengan awal dalam kegiatan penelitian. Masalah melakukan pemilihan permasalahan yang baik tentang apa yang harus diselidiiki itu juga tidak bisa terlepas dengan ketrampilan awal penelelitian. Untuk bisa berkembang, keterampilan tersebut memerlukan waktu dan usaha yang berulang-ulang, namun keterampilan itu dapat dikembangkan dengan baik oleh peneliti pemula yang berkemauan keras. Walaupun sesuatu terlihat tidak mungkin untuk diteliti, namun setelah suatu masalah dipilih dan dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan dengan jelas, maka selesailah salah satu tahapan yang paling sulit dalam proses penelitian itu.

A. Inti Masalah Dalam Penelitian
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil topik penelitian untuk membedakan prestasi siswa dalam belajar matematika di SMA, yang aktivitas belajarnya tinggi dengan yang siswa yang aktivitas belajarnya rendah, maka kita punya variabel “prestasi belajar” dan variabel “aktivitas belajar siswa”. Nah kita ingin tahu hubungan dua variabel ini, jadilah itu sebuah masalah penelitian
Persoalan-persoalan penelitian di bidang pendidikan menurut Madyo Ekosusilo(2005:5), adalah pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan di lapangan sesungguhnya. Meskipun ada berbagai jenis persoalan penelitian, kesemuanya menyangkut pertanyaan yang jawabannya sedang dicari di dalam penelitian. Sebagai contoh : Penelitian experimental dan ex post facto menyangkut pertanyaan tentang hubungan yang ada antara dua variable atau lebih. Suatu persoalan khas dalam penelitian experimental mempertanyakan tentang hubungan antara metode pengajaran dan penguasaan suatu kecakapan, misalnya hubungan antara penggunaan model problem solving terhadap penguasaan konsep fungsi trigonometri. Studi semacam ini dapat diperluas dengan memasukkan variable-variabel lain ke dalam pertanyaan tersebut. Disamping itu supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah sebagai berikut :

1. Menarik. Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
Bermanfaat. Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
2. Hal Yang Baru. Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga kebaruan ini diwujudkan dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Ya ini namanya nyontek alias plagiasi skripsi.
3. Dapat Diuji (Diukur). Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi, nah korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.
4. Dapat Dilaksanakan. Nah ini juga faktor penting. Masalah yang bagus berkualitas, jadi lucu dan naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu, dana, dan hindari research impossible.
4. Merupakan Masalah Yang Penting. Ini agak sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.
Tidak Melanggar Etika. Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data maupun pengolahan data (http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/; 28 April 2008)
B. Sumber Masalah Penelitian

Sumber masalah dalam penelitian dapat bersal dari : (1) people (manusia) : variabel yang menyangkut manusia; (2) problem (masalah) : merupakan masalah yang dihadapi manusia; (3) program : berkaitan dengan cara kerja, struktur kerja, isi pekerjaan; (4) fenomena : berhubungan tempat, kejadian, waktu, siklus (http://attarisk.net/wp-content/uploads/2008/04/masalah-penelitian.ppt#13; 28 April 2008). Disamping itu pertanyaan pertama yang sering diajukan oleh kebanyakan peneliti pemula menurut Satutik Rahayu (2007), adalah “ Bagaimana saya dapat menemukan suatu persoalan penelitian?” Padahal hal itu secara teori tidak ada kaidahnya yang pasti untuk menemukan suatu persoalan. Ada beberapa saran yang telah terbukti bermanfaat yang dapat menjadi sumber masalah dalam penelitian, yaitu : 1. Pengalaman, 2. Deduksi dari teori, 3. Literature yang ada kaitannya, 4. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah, 5. Peryataan pemegang otoritas, 6. Perasaan Intuitif, 7. Hasil penelitian sebelumnya, dan 8. Analisis system.

1. Pengalaman

Salah satu diantara sumber-sumber yang paling berguna bagi para peneliti pemula adalah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Pengalaman kehidupan sehari-hari merupakan sumber permasalahan yang tidak pernah ada habisnya, dari pengalaman pribadi yang tertangkap sehari-hari ataupun pengalaman mengikuti penelitian seniornya dsb, dapat menjadi sumber inspirasi peneliti. Seringkali kita merasa tidak puas dengan kondisi pengalaman tertentu kemudian muncul pertanyaan tentang ha-hal yang berada dibalik pengalaman tsb. Saat itu sebenarnya telah ditemukan permasalahan penelitian, misalnya ketakutan seorang perawat atau dokter dalam awal masuk bekerja di Rumahsakit atau seorang Asisten dosen yang baru pertama kali melakukan pembelajaran di kelas, penyelewengan birokrasi, perselingkuhan dsb. Baru kemudian dituntut kepekaan memfokuskan pengalaman dan pertanyaan tsb, menjadi permasalahan yang menarik dan diramu serta diformulasikan menjadi suatu rumusan permasalahan penelitian yang meyakinkan.

Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari tentang kemungkinan pengaruh praktek-praktek kependidikan terhadap tingkah laku murid. Agar yang menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diteliti ini kuat, maka para guru seperti guru matematika harus melakukan pendataan pengalaman lapangan dengan kritis tentang validitas asumsi mereka mengenai hubungan antara pengalaman belajar dan perubahan yang terjadi dari hasil belajar siswa.
Dengan demikian pada akhirnya terdapat beberapa keputusan tentang metode pengajaran yang harus diambil. Metode pengajaran memang menjadi sesuatu yang sering digunakan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap praktek kependidikan menetapkan bahwa keputusan tentang bagimana melakukan sesuatu di bidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya guru-guru matematika SMA mungkin mempertanyakan keefektifan metode pengajaran mereka. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasa mereka pakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna menetapkan pendekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai.
Pengamatan tentang hubungan – hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan merupakan sumber lain bagi persoalan- persoalan penyelidikan. Seorang guru mungkin melihat meningkatnya tanda-tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat tertentu seperti ketika mengkaji persoalan, memecahkan masalah, ataupun menyelesiakan suatu proyek tertentu matematika. Untuk menyelididki hal itu guru tersebut dapat menyusun berbagai penjelasan sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan persoalan itu saja, melainkan juga memberikan sumbangan bagi pemahaman sebab-sebab kegelisahan dalam kelas.
Demikian pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah menjadi rutin di dalam kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan terutama pada tradisi atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Mengapa tidak mengevalusi beberapa praktek-praktek ini.
Pengalaman sehari-hari para pendidik dapat memberikan persoalan-persoalan yang berharga untuk diselidiki, dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh para pemula dibidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin mempunyai firasat tentang hubungan –hubungan baru atau tentang cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian, melalui semacam proses intuitif, mereka sampai pada gagasan yang dapat diteliti. Studi seperti ini kebanyakan akan merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapi secara langsung. Meskipun begitu kadang-kadang persoalan semacam itu lebih cocok dan lebih berarti bagi peneliti pemula daripada persoalan yang diperoleh melalui proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu studi semacam ini sering dapat dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan.

2. Deduksi dari Teori

Dari berbagai bahan bacaan di perpustakaan peneliti dapat menemukan sumber permasalahan yang baik untuk dikembangkan menjadi penelitian, yaitu dengan mengukuhkan teori yang ada dengan mencari bukti baru secara empiris dari data lapang. Buku-buku atau literatur mutakhir yang pada umumnya membahas tentang teori, konsep ataupun metode-metode baru dengan disertai contoh-contoh konkrit akan banyak memberikan masukan kepada para pembacanya untuk menemukan topik-topik permasalahan untuk penelitian.
Disamping itu masalah penelitian dapat dikembangkan melalui beberapa hal diantaranya; Penjajakan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan survey pada tiga kelompok obyek (3-p) yaitu paper, person dan place (Suharsimi, dalam Endang) : “Paper” adalah penelusuran atau penjajakan dengan menelusuri sumber-sumber pustaka, baik yang berupa tulisan ilmiah populer, makalah, jurnal, literatur ataupun hasil-hasil penelitian terdahulu. berikutnya adalah survey terhadap “Person”, yaitu upaya “mempelajari“ permasalahan penelitian lewat sumber yang berupa manusia. Dari sumber ini perlu dijajaki berbagai kemungkinan tersedianya kelompok manusia sebagai sumber data, maupun orang-orang yang diharapkan dapat memberikan dukungan materiil (penyandang dana dan fasilitas lain) dan dukungan moril yang dapat memberikan bantuan untuk memperlancar pelaksanaan penelitian. Sasaran lain dari kegiatan penjajakan ini adalah “Place” yang dapat dilakukan dengan cara melakukan survey pada lokasi atau tempat penelitian, langkah ini juga perlu dilakukan karena dengan melihat dan pemahaman terhadap lokasi penelitian.
Secara khusus manfaat dari penjajakan awal adalah
1) Setelah survey awal, peneliti sudah dapat mengidentifikasi dan memastikan batasan/fokus dari masalah penelitian, termasuk keyakinan akan kelayakannya
2) Peneliti sudah dapat menentukan dimana dan dari siapa informasi tentang data penelitian akan dapat diperoleh, termasuk bentuk / jenis data yang akan dicari.
3) Dari hasil survey kepustakaan, peneliti sudah pula memperoleh dan mengorganisasikan berbagai referensi baik yang berasal dari makalah, jurnal, teori, literatur ataupun temuan penelitian terdahulu, untuk dideduksi menjadi anggapan dasar dan hipotesis.
4) Peneliti sudah mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang akan muncul dalam pelaksanaan penelitian, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Bila informasi awal dari hasil penjajakan terhadap tiga sumber tersebut dirasa cukup, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan yang sebenarnya dalam suatu rumusan yang jelas. karena rumusan masalah ataupun research question ini akan menentukan arah dan tujuan penelitian. Kemampuan merumuskan masalah ini sangat diperlukan karena layak tidaknya penelitian yang dilakukan akan tercermin dalam rumusan masalah yang dikemukakan. Sehingga perlu ditata dan diramu sedemikian rupa sehingga rumusan masalah penelitian tersebut menarik dan dapat meyakinkan pembaca dan pihak-pihak yang berwenang bahwa permasalahan yang akan diteliti ini memang bagus dan perlu segera mendapat penanganan.
Deduksi yang dapat ditarik dari berbagai teori pendidikan dan teori tingkah laku yang sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut dikukuhkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang dapat menentukan apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori dapat diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek pendidikan.
Dari suatu teori, peneliti dapat membuat hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam situasi praktis tertentu. Artinya peneliti menyatakan “ hubungan antar variable yang bagaimana yang akan diamati jika teori tersebut benar-benar merangkum keadaan itu ?” Kemudian ia melakukan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
Ada beberapa teori belajar, teori kepribadian, teori sosiologi yang validitas, ruang lingkup, kepraktisannya mungkin bermanfaat kalau diuji dalam situasi pendidikan. Teori reinforcement mungkin menjadi titik mula yang sangat berguna bagi penelitian dalam kelas. Pertimbangkanlah implikasi teori tersebut bagi tes di dalam kelas, yang dapat ditarik dari satu postulat saja dalam teori itu, yaitu bahwa penguatan (reinforcement) terhadap respon tersebut. Sudah barang tentu kita tahu bahwa teori ini sudah menimbulkan banyak penelitian. Namun, masih banyak deduksi yang dapat ditarik dan diuji dalam situasi-situasi di dalam kelas. Dari studi-studi eksperimental di dalam laboratorium yang menggunakan binatang, kita tahu bahwa setiap penguatan yang tidak dinyatakan akan menyebabkan kemungkinan timbulnya reaksi tersebut menurun, dan akhirnya menghilang.

3. Literatur yang Berkaitan
Sumber permasalahan lain yang berharga ialah literature dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Juga, para penulis sering menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang diperlukan guna meneruskan pekerjaan yang sudah dilaporkan. Ada gunanya kita melihat kalau-kalau prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat disesuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain. Atau apakah studi yang serupa juga dapat dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok subyek yang berbeda.
Salah satu cirri penting penelitian ilmiah ialah bahwa [enelitian tersebut harus dapat ditiru atau diulang (replicable) sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu studi dengan atau tanpa variasi mungkin dapat menjadi kegiatan yang berfaedah dan berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatu studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita tidak dapat memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan mambatasi jangkauan generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi dengan diulanginya eksperimen – eksperimen pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan mengikat. Pengulangan belaka atas studi – studi lain bukanlah merupakan penelitian yang paling menarik. Akan tetapi, untuk masalah-masalah pendidikan, sering teras perlunya penegasan dan perluasan hasil-hasil penyelidikan.
Sering orang menyadari akan adanya kesenjangan (gap) yang nyata dalam pengetahuan di suatu bidang. Untuk itu penelitian dapat direncanakan guna mengisi kesenjangan itu dan menghasilkan pengetahuan yang lebih dapat diandalkan.

4. Diskusi, Seminar dan Pertemuan Ilmiah
Diskusi, seminar dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkan secara professional. Dengan kemampuan profesionalnya para ilmuwan peserta ilmiah melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.

5. Pernyataan Pemegang Otoritas
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA

6. Perasaan Intuitif
Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat habis istirahat.Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Masalah atau permasalahan ada jika ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein ; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan dan yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi, informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan dan sebaginya.Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

7. Hasil Penelitian sebelumnya

Dengan membaca dan mencermati hasil penelitian terdahulu, peneliti akan dapat menemukan sudut-sudut yang belum tergarap oleh penelitian yang dibaca, atau dapat pula dijumpai adanya berbagai keberhasilan dan kegagalan dari peneliti terdahulu, dengan mengambil sudut-sudut atau bidang-bidang yang belum tergarap serta kegagalan dan kelemahan penelitian yang telah ada akan memunculkan permasalahan baru yang cukup menarik untuk dikembangkan menjadi permasalahan penelitian yang baru.
8. Analisis System
Analisis system merupakan suatu tinjauan dalam memahami masalah berdasarkan perspektif system dimana suatu komponen dipengaruhi oleh komponen yang lain dan saling berkaitan. Suatu masalah dipandang sebagai akibat ataupun sebab dari masalah yang lain. Dalam hal ini suatu masalah penelitian dapat digali dari model system dari suatu masalah yang disusun atau dari adanya suatu masalah dilapangan kemudian diperhatikan komponen lain yang menunjukan sebab akibat dari masalah itu sendiri.
Dari analisis dibawah ini dapat diketahui bahwa satu topik atau masalah typoid dapat dikembangkan dalam masalah penelitian dari beberapa sisi, yang memungkinkan akan mempermudah untuk peneliti dalam mencari masalah yang uptodate pada saat itu. Dari skema diatas dapat diuraikan masalah penelitian yang mungkin diantaranya adalah;
1) Hubungan antara pengetahuan pasien terhadap kesembuhan pasien typoid.
2) Hubungan tingkat kepatuhan pasien dalam menerima Instruksi perawat terhadap kesembuhan pasien.
3) Analisis tingkat kepuasan pasien terhadap informasi yang diberikan oleh perawat.
4) Efektifitas pengukuran tekanan darah pada pasien terhadap kesembuhan pasien
5) Hubungan Ketepatan diagnosa kep[erawatan terhadap kesembuhan pasien.

C. Latar Belakang Masalah
Pembahasan dalam latar belakang masalah ini bermaksud menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan penting diteliti dari segi profesi peneliti sebagai guru, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti. Dalam latar belakang masalah sebaiknya diuangkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan akibat-akibat apa yang bakal diderasa apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan–keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh , apabila masalah tersebut diteliti. Perlu pula diuraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang hendak diteliti itu dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang bersangkutan.
Untuk mampu merumuskan latar belakang masalah secara runtut, jelas dan tajam, maka peneliti harus mengkaitkan terhadap kajian teori yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait, dan merupakan syarat mutlak yang harus tergambarkan di latar belakang. Ini merupakan alasan lain mengapa penelahaan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus sejak awal dilakukan.
Di fihak lain latar belakang masalah dalam penelitian juga disajikan mengenai keadaan atau fakta aktual yang menarik perhatian penulis untuk diteliti sehingga dari uraian fakta-fakta actual yang terjadi bisa dilihat permasalahanya secara jelas. Dalam menyajikan data dalam bentuk table, angka persentase atau dalam bentuk narasi biasa. Fakta-fakta yang ditampilkan (dalam bentuk table atau angka persentase) sebaiknya mewakili komunitas atau kelompok populasi yang hendak diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan.
Jadi dalam latar belakang masalah ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisa masalah tersebut peneliti harus dapat menunjukkan dan membuktikan adanya suatu penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah tersebut perlu diteliti.

D. Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tergantung peneliti dalam mengidentifikasikannya, memilihnya dan merumuskannya. Walaupun demikian agar seseorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih.
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau dengan variable yang akan diteliti. Hasil identifikasi masalah dapat diangkat sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Apabila dalam latar belakang masalah penjelasannya sudah dikemukakan dengan lengkap dan jelas, maka akan memudahkan dalam proses identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya dan memudahkan pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda tanya.
Selanjutnya dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah dalam objek baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Dari berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negative terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variable.
Dengan demikian dalam identifikasi masalah harus menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. Seluruh variable yang dilibatkan dalam penelitian harus dapat tergambar dengan jelas dalam identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang akan diajukan tidak harus dibatasioleh ketentuan jumlah variable yang dilibatkan dalam penelitian maksudnya jika variable yang dilibatkan dalam penelitian adalah variable bebas da satu variable terikat, maka jumlah pernyataan masalahnya harus ada tiga. Pernyataan permasalahan bisa juga hanya satu, tetapi memuat seluruh permasalahan yang diteliti. Identifikasi masalah juga dapat menunjukan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian.

E. Pemilihan Masalah/ Batasan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya dalam usaha mengidentifikasi masalah atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah . Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yang mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari 2 arah yaitu :
1. Dari arah masalahnya
Untuk menentukan apakah sesuatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut obyektif. Dari sudut obyektif ini, pertimbangan akar; dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberi sumbangan kepada :
b. Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya.
c. Pemecahan masalah-masalah praktis
Kiranya jelas bahwa kelayakan suatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relative, tergantung kepada konteksnya. Sesuatu masalah yang layak untuk diteliti dalam sesuatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini dan keputusan akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan menjangkau ke depan.
Disamping hal-hal tersebut di atas perlu ditambahkan bahwa dari masalah itu hendaklah mungkin dilakukan pengumpulan data guna memecahkan masalah itu atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung di dalamnya. Kecuali itu masalah yang akan diteliti itu seyogyanya bukan merupakan pendirian mengenai etika dan moral.
2. Dari arah si calon peneliti
Dari segi subyektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti, perlu dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya sesuatu masalah itu untuk diteliti terutama bergantung kepada apakah masalah tersebut manageable atau tidak oleh si calon peneliti.
Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu :
a. biaya yang tersedia
b. waktu yang dapat digunakan
c. alat-alat dan perlengkapan yang tersedia
d. bekal kemampuan teoritis
e. penguasaan metode yang diperlukan
Setiap peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai dengan baginya dilihat dari kelima hal tersebut di atas. Jika tidak sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai bagi dirinya.

Dalam pemilihan suatu masalah penelitian diambil oleh karena mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Menarik Minat.
Bagi peneliti pemula kriteria ini sangat penting, karena permasalahan yang menarik minat peneliti akan menumbuhkan motivasi yang kuat untuk segera menemukan jawaban dengan segera menyelesaikannya. Secara umum permasalahan ataupun obyek yang menarik minat akan melahirkan tantangan yang mengasyikkan dan menumbuhkan ketegaran untuk menyingkirkan berbagai kendala yang ada.
2. Perlu diteliti
Permasalahan penelitian seharusnya merupakan permasalahan yang memerlukan pemecahan segera dan diperlukan langkah penelitian, sehingga jelas bahwa permasalahan penelitian yang dikemukakan adalah permasalahan penelitian yang mendesak untuk mendapat perhatian dan penanganan. Masalah yang dapat dijawab dengan mudah tanpa memerlukan penelitian berarti masalah itu tidak perlu diteliti.

3. Bermanfaat
Kriteria ini menilai permasalahan dari asas manfaat; hasil-hasil penelitian diharapkan mempunyai dampak langsung baik secara teoritis yaitu pengembangan teori, konsep ataupun metode yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu, pertimbangan kemanfaatan praktis dalam memecahkan permasalahan kehidupan atau kegunaan dalam operasionalisasi kegiatan profesi.
4. Memiliki Feasibity (kalayakan)
Permasalahan harus pula dipertimbangkan kriteria layak tidaknya penelitian tersebut dilakukan (Feasibility), yang dapat dilihat dari beberapa demensi yaitu : (a) Kompetensi peneliti, (b). Tersedia Faktor Pendukung., (c) Pertimbangan Biaya, waktu dan tenaga yang tersedia. (d).Scope Permasalahan., (e). Tidak Menyangkut etika / Sikap Moral Masyarakat.

F. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan pekerjaan yang sulit bagi setiap peneliti. Hal ini dapat menolong mahasiswa keluar dari kesulitan merumuskan judul dari masalah adanya pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga diidentifikasi variable-variabel yang dalam penelitian beserta definisi operasionalnya.
Bagaimanakah rumusan masalah yang baik ?
Pertama, perlu diingat bahwa masalah adalah titik tolak penelitian . Karena itu wajarlah bila kita merumuskannya dengan baik terlebih dahulu. Kedua, sebelum kita merumuskan masalah, terlebih dahulu kita harus menguraikan latar belakangnya. Tujuannya adalah agar masalah yang kita ketengahkan itu jelas. Masalah dikatakan baik jika :
(1). Dapat diteliti
Artinya masalah itu dapat dipecahkan melalui pengumpulan data dan pengolahan datanya.
(2).Kontribusinya terhadap penelitian ada
Yaitu yang ditemukan harus ada dan baru
(3). Pemecahannya baik bagi kita (peneliti)
Artinya sesuai dengan kemampuan meneliti kita, sumbernya ada dan sesuai dengan keterbatasan (limitasi) dalam waktu, biaya, daerah penelitian, generalisasi dll.
Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu , namun dapat disarankan hal-hal berikut ini :
(a) Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
(b) Rumusan itu hendaknya padat dan jelas
(c) Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan ini.
Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indicator-indikator dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument penelitian. Jadi setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan, misalnya variable apa saja yang akan diteliti, bagaimana hubungan antar variable dan agar masalah itu dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik.
Berdasarkan uraian di atas, maka contoh rumusan masalah penelitian diuraikan sebagai berikut :
a. Permasalahan yang bersifat deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menhubungkan dengan variable saja.
Contoh :
1) Seberapa tinggi motivasi kerja guru dan staf tata usaha di SMA Negeri 1 Pontianak ?
2) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
3) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang tidak di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
b. Permasalahan bersifat asosiatif adalah permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variable atau lebih. Adapun menurut sifat hubungan terdiri dari tiga jenis yaitu :
1) Hubungan simetris
Ialah hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variable atau lebih.
Contoh :
Sejauh mana hubungan antara keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan OSIS dengan tingginya prestasi belajar ?
2) Hubungan sebab akibat (kausal)
Ialah hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variable atu lebih
Contoh :
Seberapa besar hubungan keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap hasil belajarnya di SMA Negeri 1 Pontianak ?
3) Hubungan interaktif
Ialah hubungan antara dua variable atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
Sejauh mana hubungan antara sikap guru dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Pontianak ?
c. Permasalahan bersifat Komparatif adalah permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih
Contoh :
Bagaimana kinerja guru SMA Negeri 1 Pontianak dibandingkan dengan kinerja guru SMA N 3 Pontianak ?

Setelah topik ditetapkan, langkah yang mutlak harus dilakukan adalah melakukan study pendahuluan. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dari perpustakaan, diskusi dengan para ahli / sejawat, ataupun penjajakan terhadap kemungkinan memperoleh dukungan atau berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam kegiatan penelitian di lapangan.
Tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara merumuskan masalah penelitian, namun dapat disarankan bahwa masalah sebaiknya dirumuskan dalam kalimat yang padat dan jelas sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda bagi pembaca. Rumusan masalah tidak harus berupa kalimat tanya (dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan), hanya saja disarankan bagi peneliti pemula agar dapat menyusun rumusan masalah penelitian dalam bentuk kalimat tanya. Dengan rumusan masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang jelas, akan dapat memberikan arah yang jelas pula pada jawaban yang akan tersaji dalam kesimpulan. Kriteria umum yang perlu diperhatikan adalah:
Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat yang bersifat kausalitas antara dua variabel atau lebih.
1. Dinyatakan secara jelas sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda, dan lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
2. Dapat diukur secara empirik dan obyektif. Untuk itu setelah masalah penelitian dirumuskan, maka peneliti dituntut untuk dapat menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur menjadi diskriptor-diskriptor yang teramati dan terukur
3. Tidak mencerminkan adanya ambisi pribadi atau mempersyaratkan jawaban dengan pertimbangan moral / etik.
Membahas permasalahan penelitian seringkali memunculkan adanya kekacauan pengertian antara permasalahan / topik penelitian, rumusan masalah (problem statement / problem formulation), pertanyaan penelitian (research question) dan judul penelitian. Antara masalah penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan dari tingkat kekhususannya. Topik adalah permasalahan pokok yang menunjuk pada obyek, gejala atau kelompok tertentu yang akan diteliti, misalnya Kehidupan lanjut Usia, kompetensi mengajar dosen, dan sebagainya yang masih dapat dikembangkan menjadi beberapa permasalahan penelitian, kemudian dijabarkan menjadi rumusan masalah yang lebih spesifik yang menyangkut masalah khusus yang akan dijawab dalam penelitian, rumusan masalah masih dapat pula diuraikan dalam pertanyaan penelitian yang lebih mengacu pada tujuan-tujuan khusus penelitian yang sudah menunjukkan teknis pengumpulan data, tetapi juga sangat dimungkinkan masalah penelitian yang dirumuskan sekaligus sebagai pertanyaan penelitian. untuk melihat perbedaan antara topik, masalah penelitian, rumusan masalah dan research question tersebut dapat dicermati pada beberapa ilustrasi dari rumusan masalah penelitian dan pertanyaan penelitian.

G. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetangahkan indicator-indikator apa yang hendak dietemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variable-variabel penelitian. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian
Tujuan penelitian terdiri atas tujuan umum dan khusus . Tujuan umum menggambarkan secara singkat dalam satu kalimat apa yang ingin di capai melalui penelitian. Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk item-item atau butir-butir (misalnya 1,2,3 dan seterusnya) yang secara spesifik mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Tujuan penelitian disini tidak sama dengan tujuan yang ada di sampul, yang merupakan tujuan formal ( misalnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar) tetapi tujuan disini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabanya terletak pada kesimpulan penelitian.
H. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab searah dan akurat, maka sekarang kegunaannya apa dari penelitian tersebut.
Kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu untuk :
(1) mengembangkan ilmu atau kegunaan teoritis
(2) kegunaan secara praktis, yaitu membantu, memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Furchon. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta Karya, Jakarta.

Basirun .2007, Pengembangan Ide dan Merumuskan Masalah Penelitian. http://www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi1basirun.doc; 28 April 2008

http://attarisk.net/wp-content/uploads/2008/04/masalah-penelitian.ppt#13; 28 April 2008

Madyo Eko Susilo. 2005. Penelitian Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PMPTK

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: AlfaBeta

Ruseffendi.2004, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press

Romi Satria Wahono. 2007, Penelitian Tugas Akhir Itu Mudah (2): Identifikasi Masalah. http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/; 28 April 2008

Sumadi Suryabrata. 2000, Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Satutik Rahayu.2007. Masalah Penelitian. Surakarta. UNS: Tidak Diterbitkan

William N. Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Yin. Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Edisi Revisi. Devisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada, Jak

Rabu, 09 Juli 2008

PASAR KERJA


1.Dibutuhkan segera: Acct, Sekretaris, Arsitek, Teknik Sipil, Drafter, Marktg. Intv+bw CV lkp hari kerja jam 10.00-15.00 ke : PT Krida Bangun Persada . Al. Jl Kyai Tapa 216 Grogol, Jak-Bar. Ph.56971691-93
2.Dibutuhkan segera supir forklift : pria usia maks 45 th. Berpengalaman rental forklift, memiliki sim B, integritas tinggi. Hubungi Ibu Celcia 55962930
3.Dibutuhkan segera stylish & kapster : wanita, pengalaman minimal 2 th, minimal berijasah SMA, usia 18-30 th, penampilan menarik, bersedia kontrak kerja 2 th di salon facial : Jl. Maskoki Raya 34 Rawamangun
4.Dibutuhkan segera : 1) accounting staff dengan ijasah D3/S1 Akuntansi, maksimal usia 30 th; 2) inkjet cartridge refill center manajer, minimal D3 dengan usia maksimal 30 th; dan 3) sales dengan usia maksimal 30 th. Telp. 021 98804231
5.Dibutuhkan segera : 1)bagian gudang: pria, slta; 2) administrasi: pria, minimal SMEA/S1; 3) pembukuan: wanita, minimal SMEA diutamakan S1 Akutansi; 4)sales: pria, minimal SLTA, diutamakan mempunyai kendaraan sendiri; 5) counter sales : pria, minimal SLTA; 6) teknisi flash lampu dan kamera: minimal STM; 7) web administrator: pendidikan S1; 8) design grafis : min D3, lamaran ke alamat PO Box.4812 Jakarta 11048, Kode 21
6.Dibutuhkan : drafter, pengalaman, bisa autocad & ldd, loyal terhadap perusahaan, lamaran ditujukan ke Ruko Inkopal A/57, Kelapa Gading, 45858967
7.Dicari : buss development mgr, minimal D3, call/SMS : Ari 081646011830 CV: infojobbrecruit@gmail.com
8.Dicari : guru TK/PG(sekolah), guru komputer, bimbel, inggris. Lamaran ditujukan ke Pluit Sakti Raya No.43 Telp.6690251
9.Dicari : Data entry/PA, minimal 28 th, D3, ms, office, pengalaman gajih kurang lebih 5 jt, nol pengalaman gajih kyang lebih 3 jt
10.Dicari : sekretaris-account-supv outlet-purchasing-design graphics-legal, syarat 2 : pengalaman maks 32 th, lamaran antar ke Komplek Ruko Galery Niaga Mediterania II Blok M8 JK, Pantai Indah Kapuk, Jakut 14460
11.Dicari : Marketing promotion, wanita, menrik, menguasai bhs Inggris/ Mandarin/Jepang/Arap/Spanyol. CV & Lamaran langsung ke Mall MGK Kemayoran Lt.UG Blok C1 No.3-5, Jak-Pus
12. Dibutuhkan pekerja bidang Pertambangan, dengan syarat : S1 geologi, pertambangan, kimia; pengalaman 10 th ditambang umum, pengalaman 5 th ditambang bouxite; mempunyai sertifikat pengawas operasional madya; mempunyai sertifikat pengawas opresional utama; mampu bekerjasama dengan team; rajin, ulet dan pekerja keras. Lamaran langsung ke PT. DANPAC RESOURCES Jl. Jend Ahmad Yani II Komp. Ceria Lestari Ruko No.6 Pontianak-Kalimantan Barat

Selasa, 08 Juli 2008

MASALAH PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh : Sri Sukwantini, S.Pd (Guru SMA N 1 Pontianak)
Setiap penelitian yang sistematis selalu diawali dengan sesuatu persoalan. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti. Dimana pemilihan dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian dibidang apa saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa permulaan ini kerapkali menggunakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek penelitian mereka. Oleh karena itu penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik.
Seorang peneliti mula-mula harus menentukan pokok persoalan penelitian yang bersifat umum. Pilihan seperti itu selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah kepada suatu bidang yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Kalau tidak, mungkin akan sulit mengerahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu sampai selesai. Pengetahuan, pengalaman dan lingkungan peneliti sendiri biasanya menentukan pilihan itu.
Sebagai misal seorang guru matematika SMA mungkin merasakan perlunya meneliti beberapa aspek pengajaran dalam matematika seperti pembelajaran matematika yang selalu gersang, kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan geometri, kesulitan siswa dalam memahami funsi turunan dan integral, kesulitan memecahkan persoalan fungsi trigonometri, kesulitan memecahkan persoalan matematika dalam cerita atau wacana proyeksi kehidupan sehari-hari, dan banyak masalah pengajaran matematika lainnya. Namun demikian juga ada guru matematika yang tertarik untuk meneliti keefektifan program-program penggunaan media pembelajaran, metode, pendekatan, dan model dalam pembelajaran.
Dari masalah-masalah tersebut kemudian guru matematika memiilih pokok persoalan yang masih bersifat umum itu kemudian dipersempit sampai menjadi persoalan yang sangat khusus. Peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga harus menyatakan dengan tepat apa yang akan dilakukan untuk memperoleh jawaban atas penelitian pendidikan tersebut.
Kebanyakan peneliti pemula menganggap bahawa mengungkap masalah dan merumuskannya dalam perumusan masalah sebagai hal yang sulit. Kesulitan itu menurut Madyo Ekosusilo(2005:3), bukanlah disebabkan oleh kurangnya persoalan yang dapat diteliti di bidang pendidikan. Bahkan sesungguhnya, ada begitu banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban, sehingga para pemula biasanya menemui kesulitan untuk memilih salah satu diantaranya. Satu kesulitan yang lazim dihadapi ialah bahwa suatu persoalan harus dipilih, dan pertanyaannya harus dirumuskan pada kesempatan yang sangat dini, pada waktu pengertian peneliti pemula tentang bagaimana cara melakukan penelitian masih sangat terbatas. Di samping itu, ketidakpastian tentang sifat-sifat persoalan penelitian, pemisahan masalah, criteria tentang akseptabilitas (hal yang dapat diterimanya suatu masalah), serta bagaimana memecahkan masalah tersebut, siring tampak banyak sekali. Bahkan para peneliti yang telah berpengalaman pun biasanya merasa perlu mencoba beberapa kali sebelum sampai kepada suatu masalah penelitian yang memenuhi criteria yang telah diterima secara umum. Mungkin pemilihan atau perumusan pertama, setelah diperiksa lebih cermat , ternyata tidak dapat dilaksanakan atau kurang bernilai untuk diteliti. Keterampilan melakukan penelitian sebagian besar merupakan masalah melakukan pemilihan yang baik tentang pa yang harus diselidiiki. Untuk bisa berkembang, keterampilan tersebut memerlukan waktu dan usaha yang berulang-ulang, namun keterampilan itu dapat dikembangkan dengan baik oleh peneliti pemula yang berkemauan keras.
Meskipun tampaknya tidak mungkin, setelah suatu masalah dipilih dan pertanyaan dapat dirumuskan dengan jelas, maka selesailah salah satu tahapan yang paling sulit dalam proses penelitian.

A. Hakikat Masalah Penelitian
Persoalan-persoalan penelitian di bidang pendidikan menurut Madyo Ekosusilo(2005:5), adalah pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan di lapangan. Meskipun ada berbagai jenis persoalan penelitian, kesemuannya menyangkut pertanyaan yang jawabannya sedang dicari di dalam penelitian. Sebagai contoh : Penelitian experimental dan ex post facto menyangkut pertanyaan tentang hubungan yang ada antara dua variable atau lebih. Suatu persoalan khas dalam penelitian experimental mempertanyakan tentang hubungan antara metode pengajaran dan penguasaan suatu kecakapan, misalnya hubungan antara penggunaan model problem solving terhadap penguasaan konsep fungsi trigonometri. Studi semacam ini dapat diperluas dengan memasukkan variable-variabel lain ke dalam pertanyaan tersebut.

B. Sumber Masalah Penelitian
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh kebanyakan peneliti pemula menurut Satutik Rahayu(2007), adalah “ Bagaimana saya dapat menemukan suatu persoalan penelitian?” Padahal hal itu secara teori tidak ada kaidahnya yang pasti untuk menemukan suatu persoalan. Ada beberapa saran yang telah terbukti bermanfaat yang dapat menjadi sumber masalah dalam penelitian, yaitu :
1. Pengalaman,
2. Deduksi dari teori
3. Literature yang ada kaitannya,
4. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah
5. Peryataan pemegang otoritas
6. Perasaan Intuitif

1.1. Pengalaman
Salah satu diantara sumber-sumber yang paling berguna bagi para peneliti pemula adalah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari tentang kemungkinan pengaruh praktek-praktek kependidikan terhadap tingkah laku murid. Agar yang menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diteliti ini kuat, maka para guru seperti guru matematika harus melakukan pendataan pengalaman lapangan dengan kritis tentang validitas asumsi mereka mengenai hubungan antara pengalaman belajar dan perubahan yang terjadi dari hasil belajar siswa.
Dengan demikian pada akhirnya terdapat beberapa keputusan tentang metode pengajaran yang harus diambil. Metode pengajaran memang menjadi sesuatu yang sering digunakan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap praktek kependidikan menetapkan bahwa keputusan tentang bagimana melakukan sesuatu di bidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya guru-guru matematika SMA mungkin mempertanyakan keefektifan metode pengajaran mereka. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasa mereka pakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna menetapkan pendekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai.
Pengamatan tentang hubungan – hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan merupakan sumber lain bagi persoalan- persoalan penyelidikan. Seorang guru mungkin melihat meningkatnya tanda-tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat tertentu seperti ketika mengkaji persoalan, memecahkan masalah, ataupun menyelesiakan suatu proyek tertentu matematika. Untuk menyelididki hal itu guru tersebut dapat menyusun berbagai penjelasan sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan persoalan itu saja, melainkan juga memberikan sumbangan bagi pemahaman sebab-sebab kegelisahan dalam kelas.
Demikian pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah menjadi rutin di dalam kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan terutama pada tradisi atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Mengapa tidak mengevalusi beberapa praktek-praktek ini.
Pengalaman sehari-hari para pendidik dapat memberikan persoalan-persoalan yang berharga untuk diselidiki, dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh para pemula dibidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin mempunyai firasat tentang hubungan –hubungan baru atau tentang cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian, melalui semacam proses intuitif, mereka sampai pada gagasan yang dapat diteliti. Studi seperti ini kebanyakan akan merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapi secara langsung. Meskipun begitu kadang-kadang persoalan semacam itu lebih cocok dan lebih berarti bagi peneliti pemula daripada persoalan yang diperoleh melalui proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu studi semacam ini sering dapat dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan.

1.2. Deduksi dari Teori
Deduksi yang dapat ditarik dari berbagai teori pendidikan dan teori tingkah laku yang sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut dikukuhkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang dapat menentukan apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori dapat diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek pendidikan.
Dari suatu teori, peneliti dapat membuat hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam situasi praktis tertentu. Artinya peneliti menyatakan “ hubungan antar variable yang bagaimana yang akan diamati jika teori tersebut benar-benar merangkum keadaan itu ?” Kemudian ia melakukan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
Ada beberapa teori belajar, teori kepribadian, teori sosiologi yang validitas, ruang lingkup, kepraktisannya mungkin bermanfaat kalau diuji dalam situasi pendidikan. Teori reinforcement mungkin menjadi titik mula yang sangat berguna bagi penelitian dalam kelas. Pertimbangkanlah implikasi teori tersebut bagi tes di dalam kelas, yang dapat ditarik dari satu postulat saja dalam teori itu, yaitu bahwa penguatan (reinforcement) terhadap respon tersebut. Sudah barang tentu kita tahu bahwa teori ini sudah menimbulkan banyak penelitian. Namun, masih banyak deduksi yang dapat ditarik dan diuji dalam situasi-situasi di dalam kelas. Dari studi-studi eksperimental di dalam laboratorium yang menggunakan binatang, kita tahu bahwa setiap penguatan yang tidak dinyatakan akan menyebabkan kemungkinan timbulnya reaksi tersebut menurun, dan akhirnya menghilang.

1.3. Literatur yang Berkaitan
Sumber permasalahan lain yang berharga ialah literature dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Juga, para penulis sering menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang diperlukan guna meneruskan pekerjaan yang sudah dilaporkan. Ada gunanya kita melihat kalau-kalau prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat disesuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain. Atau apakah studi yang serupa juga dapat dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok subyek yang berbeda.
Salah satu cirri penting penelitian ilmiah ialah bahwa [enelitian tersebut harus dapat ditiru atau diulang (replicable) sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu studi dengan atau tanpa variasi mungkin dapat menjadi kegiatan yang berfaedah dan berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatu studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita tidak dapat memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan mambatasi jangkauan generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi dengan diulanginya eksperimen – eksperimen pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan mengikat. Pengulangan belaka atas studi – studi lain bukanlah merupakan penelitian yang paling menarik. Akan tetapi, untuk masalah-masalah pendidikan, sering teras perlunya penegasan dan perluasan hasil-hasil penyelidikan.
Sering orang menyadari akan adanya kesenjangan (gap) yang nyata dalam pengetahuan di suatu bidang. Untuk itu penelitian dapat direncanakan guna mengisi kesenjangan itu dan menghasilkan pengetahuan yang lebih dapat diandalkan.

1.4. Diskusi, Seminar dan Pertemuan Ilmiah
Diskusi, seminar dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkan secara professional. Dengan kemampuan profesionalnya para ilmuwan peserta ilmiah melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.

1.5. Pernyataan Pemegang Otoritas
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA

1.6. Perasaan Intuitif
Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat habis istirahat.Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Masalah atau permasalahan ada jika ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein ; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan dan yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi, informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan dan sebaginya.Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

C. Latar Belakang Masalah
Pembahasan dalam latar belakang masalah ini bermaksud menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan penting diteliti dari segi profesi peneliti sebagai guru, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti. Dalam latar belakang masalah sebaiknya diuangkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan akibat-akibat apa yang bakal diderasa apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan–keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh , apabila masalah tersebut diteliti. Perlu pula diuraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang hendak diteliti itu dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang bersangkutan.
Untuk mampu merumuskan latar belakang masalah secara runtut, jelas dan tajam, maka peneliti harus mengkaitkan terhadap kajian teori yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait, dan merupakan syarat mutlak yang harus tergambarkan di latar belakang. Ini merupakan alasan lain mengapa penelahaan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus sejak awal dilakukan.
Di fihak lain latar belakang masalah dalam penelitian juga disajikan mengenai keadaan atau fakta aktual yang menarik perhatian penulis untuk diteliti sehingga dari uraian fakta-fakta actual yang terjadi bisa dilihat permasalahanya secara jelas. Dalam menyajikan data dalam bentuk table, angka persentase atau dalam bentuk narasi biasa. Fakta-fakta yang ditampilkan (dalam bentuk table atau angka persentase) sebaiknya mewakili komunitas atau kelompok populasi yang hendak diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan.
Jadi dalam latar belakang masalah ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisa masalah tersebut peneliti harus dapat menunjukkan dan membuktikan adanya suatu penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah tersebut perlu diteliti.

D. Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tergantung peneliti dalam mengidentifikasikannya, memilihnya dan merumuskannya. Walaupun demikian agar seseorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih.
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau dengan variable yang akan diteliti. Hasil identifikasi masalah dapat diangkat sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Apabila dalam latar belakang masalah penjelasannya sudah dikemukakan dengan lengkap dan jelas, maka akan memudahkan dalam proses identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya dan memudahkan pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda tanya.
Selanjutnya dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah dalam objek baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Dari berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negative terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variable.
Dengan demikian dalam identifikasi masalah harus menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. Seluruh variable yang dilibatkan dalam penelitian harus dapat tergambar dengan jelas dalam identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang akan diajukan tidak harus dibatasioleh ketentuan jumlah variable yang dilibatkan dalam penelitian maksudnya jika variable yang dilibatkan dalam penelitian adalah variable bebas da satu variable terikat, maka jumlah pernyataan masalahnya harus ada tiga. Pernyataan permasalahan bisa juga hanya satu, tetapi memuat seluruh permasalahan yang diteliti. Identifikasi masalah juga dapat menunjukan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian.

E. Pemilihan Masalah/ Batasan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya dalam usaha mengidentifikasi masalah atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah . Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yang mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari 2 arah yaitu :
1. Dari arah masalahnya
Untuk menentukan apakah sesuatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut obyektif. Dari sudut obyektif ini, pertimbangan akar; dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberi sumbangan kepada :
b. Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya.
c. Pemecahan masalah-masalah praktis
Kiranya jelas bahwa kelayakan suatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relative, tergantung kepada konteksnya. Sesuatu masalah yang layak untuk diteliti dalam sesuatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini dan keputusan akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan menjangkau ke depan.
Disamping hal-hal tersebut di atas perlu ditambahkan bahwa dari masalah itu hendaklah mungkin dilakukan pengumpulan data guna memecahkan masalah itu atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung di dalamnya. Kecuali itu masalah yang akan diteliti itu seyogyanya bukan merupakan pendirian mengenai etika dan moral.
2. Dari arah si calon peneliti
Dari segi subyektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti, perlu dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya sesuatu masalah itu untuk diteliti terutama bergantung kepada apakah masalah tersebut manageable atau tidak oleh si calon peneliti.
Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu :
biaya yang tersedia
waktu yang dapat digunakan
alat-alat dan perlengkapan yang tersedia
bekal kemampuan teoritis
penguasaan metode yang diperlukan
Setiap peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai dengan baginya dilihat dari kelima hal tersebut di atas. Jika tidak sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai bagi dirinya.

F. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan pekerjaan yang sulit bagi setiap peneliti. Hal ini dapat menolong mahasiswa keluar dari kesulitan merumuskan judul dari masalah adanya pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga diidentifikasi variable-variabel yang dalam penelitian beserta definisi operasionalnya.
Bagaimanakah rumusan masalah yang baik ?
Pertama, perlu diingat bahwa masalah adalah titik tolak penelitian . Karena itu wajarlah bila kita merumuskannya dengan baik terlebih dahulu. Kedua, sebelum kita merumuskan masalah, terlebih dahulu kita harus menguraikan latar belakangnya. Tujuannya adalah agar masalah yang kita ketengahkan itu jelas. Masalah dikatakan baik jika :
(1). Dapat diteliti
Artinya masalah itu dapat dipecahkan melalui pengumpulan data dan pengolahan datanya.
(2).Kontribusinya terhadap penelitian ada
Yaitu yang ditemukan harus ada dan baru
(3). Pemecahannya baik bagi kita (peneliti)
Artinya sesuai dengan kemampuan meneliti kita, sumbernya ada dan sesuai dengan keterbatasan (limitasi) dalam waktu, biaya, daerah penelitian, generalisasi dll.
Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu , namun dapat disarankan hal-hal berikut ini :
(a) masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
(b) Rumusan itu hendaknya padat dan jelas
(c) Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan ini.
Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indicator-indikator dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument penelitian. Jadi setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan, misalnya variable apa saja yang akan diteliti, bagaimana hubungan antar variable dan agar masalah itu dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik.
Berdasarkan uraian di atas, maka contoh rumusan masalah penelitian diuraikan sebagai berikut :
a. Permasalahan yang bersifat deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menhubungkan dengan variable saja.
Contoh :
1) Seberapa tinggi motivasi kerja guru dan staf tata usaha di SMA Negeri 1 Pontianak ?
2) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
3) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang tidak di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
b. Permasalahan bersifat asosiatif adalah permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variable atau lebih. Adapun menurut sifat hubungan terdiri dari tiga jenis yaitu :
1) Hubungan simetris
Ialah hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variable atau lebih.
Contoh :
Sejauh mana hubungan antara keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan OSIS dengan tingginya prestasi belajar ?
2) Hubungan sebab akibat (kausal)
Ialah hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variable atu lebih
Contoh :
Seberapa besar hubungan keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap hasil belajarnya di SMA Negeri 1 Pontianak ?
3) Hubungan interaktif
Ialah hubungan antara dua variable atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
Sejauh mana hubungan antara sikap guru dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Pontianak ?
c. Permasalahan bersifat Komparatif adalah permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih
Contoh :
Bagaimana kinerja guru SMA Negeri 1 Pontianak dibandingkan dengan kinerja guru SMA N 3 Pontianak ?

G. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetangahkan indicator-indikator apa yang hendak dietemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variable-variabel penelitian. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian
Tujuan penelitian terdiri atas tujuan umum dan khusus . Tujuan umum menggambarkan secara singkat dalam satu kalimat apa yang ingin di capai melalui penelitian. Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk item-item atau butir-butir (misalnya 1,2,3 dan seterusnya) yang secara spesifik mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Tujuan penelitian disini tidak sama dengan tujuan yang ada di sampul, yang merupakan tujuan formal ( misalnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar) tetapi tujuan disini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabanya terletak pada kesimpulan penelitian.

H. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab searah dan akurat, maka sekarang kegunaannya apa dari penelitian tersebut.
Kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu untuk :
(1) mengembangkan ilmu atau kegunaan teoritis
(2) kegunaan secara praktis, yaitu membantu, memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Furchon. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Madyo Eko Susilo. 2005. Penelitian Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PMPTK

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: AlfaBeta

Ruseffendi. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press

Sumadi Suryabrata. 2000, Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Satutik Rahayu.2007. Masalah Penelitian. Surakarta. UNS: Tidak Diterbitkan