Oleh : Sri Sukwantini
(Guru SMA 1 Pontianak Kalimantan Barat)
Dalam pembelajaran matematika di kelas di jenjang SMA sebaiknya setiap selesi pembelajaran hingga evaluasi perlu digalakan masalah tindak lanjutnya. Pada implementasi KTSP, setelah selesai pembelajaran kita para guru pada umunya terutama guru matematika di SMAN 1 Pontianak digariskan untuk melakukan refleksi dan tindak lanjutnya seprti melakukan remidial bagi para siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal(KKM) dan memberikan penyayaan bagi siswa yang hasil evaluasinya melebihi KKM. Para guru pada umunya terutama guru matematika di SMAN1 Pontianak ini jika melihat hasil refleksinya ternyata menunjukan masalah yang sangat krusial dan segera dilakukan tindakan maka persoalan tersebut remedialnya dapat dilakukan dengan penelitian tindakan kelas.
Dalam penelitian tersebut guru memang harus memahami permasalahan dengan benar. Pada penelitian yang sistematis selalu diawali dengan sesuatu persoalan. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah adalah pengakuan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan peneliti. Dalam pemilihan dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian dibidang apa saja. Para peneliti pemula sering terkejut melihat bahwa permulaan ini kerapkali menggunakan sebagian besar waktu yang mereka sediakan untuk proyek penelitian mereka. Oleh karena itu penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik.
Peneliti mula-mula harus menentukan pokok persoalan penelitian yang bersifat umum. Pilihan seperti itu selalu bersifat sangat pribadi, tetapi hendaknya mengarah kepada suatu bidang yang sangat menarik atau yang benar-benar diketahui. Jika tidak, mungkin akan sulit mengerahkan motivasi untuk melaksanakan penelitian itu sampai selesai. Pengalaman, pengetahuan, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya menentukan pilihan itu.
Misal seorang guru matematika SMA merasakan perlu melakukan meneliti beberapa aspek pengajaran dalam matematika seperti pembelajaran matematika yang selalu gersang, kesulitan siswa dalam memecahkan persoalan geometri, kesulitan siswa dalam memahami funsi turunan dan integral, kesulitan memecahkan persoalan fungsi trigonometri, kesulitan memecahkan persoalan matematika dalam cerita atau wacana proyeksi kehidupan sehari-hari, dan banyak masalah pengajaran matematika lainnya. Demikian juga ada guru matematika yang tertarik untuk meneliti keefektifan program-program penggunaan media pembelajaran, metode, pendekatan, dan model dalam pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut kemudian guru matematika memiilih pokok persoalan yang masih bersifat umum itu kemudian dipersempit sampai menjadi persoalan yang sangat khusus. Seorang peneliti harus menentukan pertanyaan yang harus dijawab. Ia juga harus menyatakan dengan tepat apa yang akan dilakukan untuk memperoleh jawaban atas penelitian pendidikan tersebut.
Paling banyak peneliti pemula menganggap bahwa mengungkap masalah dan merumuskannya dalam perumusan masalah sebagai hal yang sulit. Kesulitan itu menurut Madyo Ekosusilo(2005:3), bukanlah disebabkan oleh kurangnya persoalan yang dapat diteliti di bidang pendidikan. Disamping itu sesungguhnya banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban, sehingga para pemula biasanya menemui kesulitan untuk memilih salah satu diantaranya. Satu kesulitan yang lazim dihadapi ialah bahwa suatu persoalan harus dipilih, dan pertanyaannya harus dirumuskan pada kesempatan yang sangat dini, pada waktu pengertian peneliti pemula tentang bagaimana cara melakukan penelitian masih sangat terbatas. Ketidakpastian tentang sifat-sifat persoalan penelitian, pemisahan masalah, criteria tentang akseptabilitas (hal yang dapat diterimanya suatu masalah), serta bagaimana memecahkan masalah tersebut, siring tampak banyak sekali. Seorang peneliti yang telah berpengalaman pun biasanya merasa perlu mencoba beberapa kali sebelum sampai kepada suatu masalah penelitian yang memenuhi criteria yang telah diterima secara umum. Mungkin pemilihan atau perumusan pertama, setelah diperiksa lebih cermat , ternyata tidak dapat dilaksanakan atau kurang bernilai untuk diteliti. Keterampilan dalam melakukan penelitian tidak lepas dengan awal dalam kegiatan penelitian. Masalah melakukan pemilihan permasalahan yang baik tentang apa yang harus diselidiiki itu juga tidak bisa terlepas dengan ketrampilan awal penelelitian. Untuk bisa berkembang, keterampilan tersebut memerlukan waktu dan usaha yang berulang-ulang, namun keterampilan itu dapat dikembangkan dengan baik oleh peneliti pemula yang berkemauan keras. Walaupun sesuatu terlihat tidak mungkin untuk diteliti, namun setelah suatu masalah dipilih dan dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan dengan jelas, maka selesailah salah satu tahapan yang paling sulit dalam proses penelitian itu.
A. Inti Masalah Dalam Penelitian
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Ketika kita mengambil topik penelitian untuk membedakan prestasi siswa dalam belajar matematika di SMA, yang aktivitas belajarnya tinggi dengan yang siswa yang aktivitas belajarnya rendah, maka kita punya variabel “prestasi belajar” dan variabel “aktivitas belajar siswa”. Nah kita ingin tahu hubungan dua variabel ini, jadilah itu sebuah masalah penelitian
Persoalan-persoalan penelitian di bidang pendidikan menurut Madyo Ekosusilo(2005:5), adalah pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan di lapangan sesungguhnya. Meskipun ada berbagai jenis persoalan penelitian, kesemuanya menyangkut pertanyaan yang jawabannya sedang dicari di dalam penelitian. Sebagai contoh : Penelitian experimental dan ex post facto menyangkut pertanyaan tentang hubungan yang ada antara dua variable atau lebih. Suatu persoalan khas dalam penelitian experimental mempertanyakan tentang hubungan antara metode pengajaran dan penguasaan suatu kecakapan, misalnya hubungan antara penggunaan model problem solving terhadap penguasaan konsep fungsi trigonometri. Studi semacam ini dapat diperluas dengan memasukkan variable-variabel lain ke dalam pertanyaan tersebut. Disamping itu supaya masalah penelitian yang kita pilih benar-benar tepat, biasanya masalah perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa parameter dibawah sebagai berikut :
1. Menarik. Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan penelitian dengan serius.
Bermanfaat. Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian juga diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar (secara nasional maupun internasional), maupun secara khusus di komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
2. Hal Yang Baru. Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita lakukan adalah hal baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa dikatakan lebih efektif, murah, cepat, dsb. Bisa juga kebaruan ini diwujudkan dengan perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari redundant research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh orang lain. Ya ini namanya nyontek alias plagiasi skripsi.
3. Dapat Diuji (Diukur). Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna, masalah penelitian beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian korelasi, nah korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.
4. Dapat Dilaksanakan. Nah ini juga faktor penting. Masalah yang bagus berkualitas, jadi lucu dan naif kalau akhirnya secara teknik penelitian tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan erat dengan keahlian, ketersediaan data, kecukupan waktu, dana, dan hindari research impossible.
4. Merupakan Masalah Yang Penting. Ini agak sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita bahwa jangan sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang tidak penting.
Tidak Melanggar Etika. Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian, tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data maupun pengolahan data (
http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/; 28 April 2008)
B. Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah dalam penelitian dapat bersal dari : (1) people (manusia) : variabel yang menyangkut manusia; (2) problem (masalah) : merupakan masalah yang dihadapi manusia; (3) program : berkaitan dengan cara kerja, struktur kerja, isi pekerjaan; (4) fenomena : berhubungan tempat, kejadian, waktu, siklus (
http://attarisk.net/wp-content/uploads/2008/04/masalah-penelitian.ppt#13; 28 April 2008). Disamping itu pertanyaan pertama yang sering diajukan oleh kebanyakan peneliti pemula menurut Satutik Rahayu (2007), adalah “ Bagaimana saya dapat menemukan suatu persoalan penelitian?” Padahal hal itu secara teori tidak ada kaidahnya yang pasti untuk menemukan suatu persoalan. Ada beberapa saran yang telah terbukti bermanfaat yang dapat menjadi sumber masalah dalam penelitian, yaitu : 1. Pengalaman, 2. Deduksi dari teori, 3. Literature yang ada kaitannya, 4. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah, 5. Peryataan pemegang otoritas, 6. Perasaan Intuitif, 7. Hasil penelitian sebelumnya, dan 8. Analisis system.
1. Pengalaman
Salah satu diantara sumber-sumber yang paling berguna bagi para peneliti pemula adalah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi kependidikan. Pengalaman kehidupan sehari-hari merupakan sumber permasalahan yang tidak pernah ada habisnya, dari pengalaman pribadi yang tertangkap sehari-hari ataupun pengalaman mengikuti penelitian seniornya dsb, dapat menjadi sumber inspirasi peneliti. Seringkali kita merasa tidak puas dengan kondisi pengalaman tertentu kemudian muncul pertanyaan tentang ha-hal yang berada dibalik pengalaman tsb. Saat itu sebenarnya telah ditemukan permasalahan penelitian, misalnya ketakutan seorang perawat atau dokter dalam awal masuk bekerja di Rumahsakit atau seorang Asisten dosen yang baru pertama kali melakukan pembelajaran di kelas, penyelewengan birokrasi, perselingkuhan dsb. Baru kemudian dituntut kepekaan memfokuskan pengalaman dan pertanyaan tsb, menjadi permasalahan yang menarik dan diramu serta diformulasikan menjadi suatu rumusan permasalahan penelitian yang meyakinkan.
Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari tentang kemungkinan pengaruh praktek-praktek kependidikan terhadap tingkah laku murid. Agar yang menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diteliti ini kuat, maka para guru seperti guru matematika harus melakukan pendataan pengalaman lapangan dengan kritis tentang validitas asumsi mereka mengenai hubungan antara pengalaman belajar dan perubahan yang terjadi dari hasil belajar siswa.
Dengan demikian pada akhirnya terdapat beberapa keputusan tentang metode pengajaran yang harus diambil. Metode pengajaran memang menjadi sesuatu yang sering digunakan penelitian ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap praktek kependidikan menetapkan bahwa keputusan tentang bagimana melakukan sesuatu di bidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti empiris bukan pada firasat, kesan, perasaan atau dogma. Misalnya guru-guru matematika SMA mungkin mempertanyakan keefektifan metode pengajaran mereka. Mereka mungkin ingin menilai metode yang biasa mereka pakai atau salah satu dari beberapa metode yang telah terkenal, guna menetapkan pendekatan manakah yang paling efektif untuk dipakai.
Pengamatan tentang hubungan – hubungan tertentu yang belum terjawab secara memuaskan merupakan sumber lain bagi persoalan- persoalan penyelidikan. Seorang guru mungkin melihat meningkatnya tanda-tanda kegelisahan di kalangan murid-murid pada saat-saat tertentu seperti ketika mengkaji persoalan, memecahkan masalah, ataupun menyelesiakan suatu proyek tertentu matematika. Untuk menyelididki hal itu guru tersebut dapat menyusun berbagai penjelasan sementara mengenai sebab-sebab kegelisahan itu, kemudian mengujinya secara empiris. Penyelidikan ini mungkin tidak hanya memecahkan persoalan itu saja, melainkan juga memberikan sumbangan bagi pemahaman sebab-sebab kegelisahan dalam kelas.
Demikian pula, ada keputusan yang harus diambil mengenai praktek-praktek yang telah menjadi rutin di dalam kelas. Ada juga keputusan yang dalam beberapa hal didasarkan terutama pada tradisi atau otoritas yang kurang atau bahkan tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Mengapa tidak mengevalusi beberapa praktek-praktek ini.
Pengalaman sehari-hari para pendidik dapat memberikan persoalan-persoalan yang berharga untuk diselidiki, dan bahkan sebagian besar gagasan penelitian yang dikembangkan oleh para pemula dibidang penelitian pendidikan cenderung berasal dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Mereka mungkin mempunyai firasat tentang hubungan –hubungan baru atau tentang cara-cara lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian, melalui semacam proses intuitif, mereka sampai pada gagasan yang dapat diteliti. Studi seperti ini kebanyakan akan merupakan jenis penelitian yang mengarah pada pemecahan persoalan yang dihadapi secara langsung. Meskipun begitu kadang-kadang persoalan semacam itu lebih cocok dan lebih berarti bagi peneliti pemula daripada persoalan yang diperoleh melalui proses deduksi logis dari suatu teori. Disamping itu studi semacam ini sering dapat dibenarkan berdasarkan sumbangannya kepada praktek-praktek pendidikan.
2. Deduksi dari Teori
Dari berbagai bahan bacaan di perpustakaan peneliti dapat menemukan sumber permasalahan yang baik untuk dikembangkan menjadi penelitian, yaitu dengan mengukuhkan teori yang ada dengan mencari bukti baru secara empiris dari data lapang. Buku-buku atau literatur mutakhir yang pada umumnya membahas tentang teori, konsep ataupun metode-metode baru dengan disertai contoh-contoh konkrit akan banyak memberikan masukan kepada para pembacanya untuk menemukan topik-topik permasalahan untuk penelitian.
Disamping itu masalah penelitian dapat dikembangkan melalui beberapa hal diantaranya; Penjajakan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan survey pada tiga kelompok obyek (3-p) yaitu paper, person dan place (Suharsimi, dalam Endang) : “Paper” adalah penelusuran atau penjajakan dengan menelusuri sumber-sumber pustaka, baik yang berupa tulisan ilmiah populer, makalah, jurnal, literatur ataupun hasil-hasil penelitian terdahulu. berikutnya adalah survey terhadap “Person”, yaitu upaya “mempelajari“ permasalahan penelitian lewat sumber yang berupa manusia. Dari sumber ini perlu dijajaki berbagai kemungkinan tersedianya kelompok manusia sebagai sumber data, maupun orang-orang yang diharapkan dapat memberikan dukungan materiil (penyandang dana dan fasilitas lain) dan dukungan moril yang dapat memberikan bantuan untuk memperlancar pelaksanaan penelitian. Sasaran lain dari kegiatan penjajakan ini adalah “Place” yang dapat dilakukan dengan cara melakukan survey pada lokasi atau tempat penelitian, langkah ini juga perlu dilakukan karena dengan melihat dan pemahaman terhadap lokasi penelitian.
Secara khusus manfaat dari penjajakan awal adalah
1) Setelah survey awal, peneliti sudah dapat mengidentifikasi dan memastikan batasan/fokus dari masalah penelitian, termasuk keyakinan akan kelayakannya
2) Peneliti sudah dapat menentukan dimana dan dari siapa informasi tentang data penelitian akan dapat diperoleh, termasuk bentuk / jenis data yang akan dicari.
3) Dari hasil survey kepustakaan, peneliti sudah pula memperoleh dan mengorganisasikan berbagai referensi baik yang berasal dari makalah, jurnal, teori, literatur ataupun temuan penelitian terdahulu, untuk dideduksi menjadi anggapan dasar dan hipotesis.
4) Peneliti sudah mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang akan muncul dalam pelaksanaan penelitian, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Bila informasi awal dari hasil penjajakan terhadap tiga sumber tersebut dirasa cukup, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan yang sebenarnya dalam suatu rumusan yang jelas. karena rumusan masalah ataupun research question ini akan menentukan arah dan tujuan penelitian. Kemampuan merumuskan masalah ini sangat diperlukan karena layak tidaknya penelitian yang dilakukan akan tercermin dalam rumusan masalah yang dikemukakan. Sehingga perlu ditata dan diramu sedemikian rupa sehingga rumusan masalah penelitian tersebut menarik dan dapat meyakinkan pembaca dan pihak-pihak yang berwenang bahwa permasalahan yang akan diteliti ini memang bagus dan perlu segera mendapat penanganan.
Deduksi yang dapat ditarik dari berbagai teori pendidikan dan teori tingkah laku yang sudah dikenal oleh peneliti merupakan sumber permasalahan yang baik sekali. Teori menyangkut prinsip-prinsip umum, yang kelayakannya untuk diterapkan pada persoalan-persoalan pendidikan masih belum terbukti, sebelum prinsip tersebut dikukuhkan secara empiris. Hanya melalui penelitianlah orang dapat menentukan apakah generalisasi-generalisasi yang terdapat di dalam teori dapat diterjemahkan menjadi saran-saran khusus bagi praktek pendidikan.
Dari suatu teori, peneliti dapat membuat hipotesis yang menyatakan hasil penelitian yang diharapkan dalam situasi praktis tertentu. Artinya peneliti menyatakan “ hubungan antar variable yang bagaimana yang akan diamati jika teori tersebut benar-benar merangkum keadaan itu ?” Kemudian ia melakukan penyelidikan sistematis guna memastikan apakah data empiris mendukung hipotesis itu, yang sekaligus juga mendukung teorinya.
Ada beberapa teori belajar, teori kepribadian, teori sosiologi yang validitas, ruang lingkup, kepraktisannya mungkin bermanfaat kalau diuji dalam situasi pendidikan. Teori reinforcement mungkin menjadi titik mula yang sangat berguna bagi penelitian dalam kelas. Pertimbangkanlah implikasi teori tersebut bagi tes di dalam kelas, yang dapat ditarik dari satu postulat saja dalam teori itu, yaitu bahwa penguatan (reinforcement) terhadap respon tersebut. Sudah barang tentu kita tahu bahwa teori ini sudah menimbulkan banyak penelitian. Namun, masih banyak deduksi yang dapat ditarik dan diuji dalam situasi-situasi di dalam kelas. Dari studi-studi eksperimental di dalam laboratorium yang menggunakan binatang, kita tahu bahwa setiap penguatan yang tidak dinyatakan akan menyebabkan kemungkinan timbulnya reaksi tersebut menurun, dan akhirnya menghilang.
3. Literatur yang Berkaitan
Sumber permasalahan lain yang berharga ialah literature dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalahan penelitian serta bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Juga, para penulis sering menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang diperlukan guna meneruskan pekerjaan yang sudah dilaporkan. Ada gunanya kita melihat kalau-kalau prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat disesuaikan guna memecahkan persoalan-persoalan lain. Atau apakah studi yang serupa juga dapat dilakukan di lapangan, bidang persoalan, atau dengan kelompok subyek yang berbeda.
Salah satu cirri penting penelitian ilmiah ialah bahwa [enelitian tersebut harus dapat ditiru atau diulang (replicable) sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu studi dengan atau tanpa variasi mungkin dapat menjadi kegiatan yang berfaedah dan berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatu studi dapat meningkatkan luasnya jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen pendidikan, kita tidak dapat memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok kelas sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan mambatasi jangkauan generalisasi hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi dengan diulanginya eksperimen – eksperimen pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-hubungan yang diharapkan validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan mengikat. Pengulangan belaka atas studi – studi lain bukanlah merupakan penelitian yang paling menarik. Akan tetapi, untuk masalah-masalah pendidikan, sering teras perlunya penegasan dan perluasan hasil-hasil penyelidikan.
Sering orang menyadari akan adanya kesenjangan (gap) yang nyata dalam pengetahuan di suatu bidang. Untuk itu penelitian dapat direncanakan guna mengisi kesenjangan itu dan menghasilkan pengetahuan yang lebih dapat diandalkan.
4. Diskusi, Seminar dan Pertemuan Ilmiah
Diskusi, seminar dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkan secara professional. Dengan kemampuan profesionalnya para ilmuwan peserta ilmiah melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.
5. Pernyataan Pemegang Otoritas
Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA
6. Perasaan Intuitif
Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat habis istirahat.Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
Masalah atau permasalahan ada jika ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein ; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan dan yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi, informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan dan sebaginya.Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.
7. Hasil Penelitian sebelumnya
Dengan membaca dan mencermati hasil penelitian terdahulu, peneliti akan dapat menemukan sudut-sudut yang belum tergarap oleh penelitian yang dibaca, atau dapat pula dijumpai adanya berbagai keberhasilan dan kegagalan dari peneliti terdahulu, dengan mengambil sudut-sudut atau bidang-bidang yang belum tergarap serta kegagalan dan kelemahan penelitian yang telah ada akan memunculkan permasalahan baru yang cukup menarik untuk dikembangkan menjadi permasalahan penelitian yang baru.
8. Analisis System
Analisis system merupakan suatu tinjauan dalam memahami masalah berdasarkan perspektif system dimana suatu komponen dipengaruhi oleh komponen yang lain dan saling berkaitan. Suatu masalah dipandang sebagai akibat ataupun sebab dari masalah yang lain. Dalam hal ini suatu masalah penelitian dapat digali dari model system dari suatu masalah yang disusun atau dari adanya suatu masalah dilapangan kemudian diperhatikan komponen lain yang menunjukan sebab akibat dari masalah itu sendiri.
Dari analisis dibawah ini dapat diketahui bahwa satu topik atau masalah typoid dapat dikembangkan dalam masalah penelitian dari beberapa sisi, yang memungkinkan akan mempermudah untuk peneliti dalam mencari masalah yang uptodate pada saat itu. Dari skema diatas dapat diuraikan masalah penelitian yang mungkin diantaranya adalah;
1) Hubungan antara pengetahuan pasien terhadap kesembuhan pasien typoid.
2) Hubungan tingkat kepatuhan pasien dalam menerima Instruksi perawat terhadap kesembuhan pasien.
3) Analisis tingkat kepuasan pasien terhadap informasi yang diberikan oleh perawat.
4) Efektifitas pengukuran tekanan darah pada pasien terhadap kesembuhan pasien
5) Hubungan Ketepatan diagnosa kep[erawatan terhadap kesembuhan pasien.
C. Latar Belakang Masalah
Pembahasan dalam latar belakang masalah ini bermaksud menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan penting diteliti dari segi profesi peneliti sebagai guru, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti. Dalam latar belakang masalah sebaiknya diuangkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan akibat-akibat apa yang bakal diderasa apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan–keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh , apabila masalah tersebut diteliti. Perlu pula diuraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang hendak diteliti itu dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang bersangkutan.
Untuk mampu merumuskan latar belakang masalah secara runtut, jelas dan tajam, maka peneliti harus mengkaitkan terhadap kajian teori yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait, dan merupakan syarat mutlak yang harus tergambarkan di latar belakang. Ini merupakan alasan lain mengapa penelahaan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus sejak awal dilakukan.
Di fihak lain latar belakang masalah dalam penelitian juga disajikan mengenai keadaan atau fakta aktual yang menarik perhatian penulis untuk diteliti sehingga dari uraian fakta-fakta actual yang terjadi bisa dilihat permasalahanya secara jelas. Dalam menyajikan data dalam bentuk table, angka persentase atau dalam bentuk narasi biasa. Fakta-fakta yang ditampilkan (dalam bentuk table atau angka persentase) sebaiknya mewakili komunitas atau kelompok populasi yang hendak diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan.
Jadi dalam latar belakang masalah ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisa masalah tersebut peneliti harus dapat menunjukkan dan membuktikan adanya suatu penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah tersebut perlu diteliti.
D. Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tergantung peneliti dalam mengidentifikasikannya, memilihnya dan merumuskannya. Walaupun demikian agar seseorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih.
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau dengan variable yang akan diteliti. Hasil identifikasi masalah dapat diangkat sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Apabila dalam latar belakang masalah penjelasannya sudah dikemukakan dengan lengkap dan jelas, maka akan memudahkan dalam proses identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses selanjutnya dan memudahkan pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda tanya.
Selanjutnya dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah dalam objek baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Dari berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negative terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variable.
Dengan demikian dalam identifikasi masalah harus menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. Seluruh variable yang dilibatkan dalam penelitian harus dapat tergambar dengan jelas dalam identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang akan diajukan tidak harus dibatasioleh ketentuan jumlah variable yang dilibatkan dalam penelitian maksudnya jika variable yang dilibatkan dalam penelitian adalah variable bebas da satu variable terikat, maka jumlah pernyataan masalahnya harus ada tiga. Pernyataan permasalahan bisa juga hanya satu, tetapi memuat seluruh permasalahan yang diteliti. Identifikasi masalah juga dapat menunjukan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian.
E. Pemilihan Masalah/ Batasan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya dalam usaha mengidentifikasi masalah atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah . Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yang mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari 2 arah yaitu :
1. Dari arah masalahnya
Untuk menentukan apakah sesuatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut obyektif. Dari sudut obyektif ini, pertimbangan akar; dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberi sumbangan kepada :
b. Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya.
c. Pemecahan masalah-masalah praktis
Kiranya jelas bahwa kelayakan suatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relative, tergantung kepada konteksnya. Sesuatu masalah yang layak untuk diteliti dalam sesuatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini dan keputusan akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan menjangkau ke depan.
Disamping hal-hal tersebut di atas perlu ditambahkan bahwa dari masalah itu hendaklah mungkin dilakukan pengumpulan data guna memecahkan masalah itu atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung di dalamnya. Kecuali itu masalah yang akan diteliti itu seyogyanya bukan merupakan pendirian mengenai etika dan moral.
2. Dari arah si calon peneliti
Dari segi subyektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti, perlu dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya sesuatu masalah itu untuk diteliti terutama bergantung kepada apakah masalah tersebut manageable atau tidak oleh si calon peneliti.
Managability itu terutama dilihat dari lima segi yaitu :
a. biaya yang tersedia
b. waktu yang dapat digunakan
c. alat-alat dan perlengkapan yang tersedia
d. bekal kemampuan teoritis
e. penguasaan metode yang diperlukan
Setiap peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai dengan baginya dilihat dari kelima hal tersebut di atas. Jika tidak sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai bagi dirinya.
Dalam pemilihan suatu masalah penelitian diambil oleh karena mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Menarik Minat.
Bagi peneliti pemula kriteria ini sangat penting, karena permasalahan yang menarik minat peneliti akan menumbuhkan motivasi yang kuat untuk segera menemukan jawaban dengan segera menyelesaikannya. Secara umum permasalahan ataupun obyek yang menarik minat akan melahirkan tantangan yang mengasyikkan dan menumbuhkan ketegaran untuk menyingkirkan berbagai kendala yang ada.
2. Perlu diteliti
Permasalahan penelitian seharusnya merupakan permasalahan yang memerlukan pemecahan segera dan diperlukan langkah penelitian, sehingga jelas bahwa permasalahan penelitian yang dikemukakan adalah permasalahan penelitian yang mendesak untuk mendapat perhatian dan penanganan. Masalah yang dapat dijawab dengan mudah tanpa memerlukan penelitian berarti masalah itu tidak perlu diteliti.
3. Bermanfaat
Kriteria ini menilai permasalahan dari asas manfaat; hasil-hasil penelitian diharapkan mempunyai dampak langsung baik secara teoritis yaitu pengembangan teori, konsep ataupun metode yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu, pertimbangan kemanfaatan praktis dalam memecahkan permasalahan kehidupan atau kegunaan dalam operasionalisasi kegiatan profesi.
4. Memiliki Feasibity (kalayakan)
Permasalahan harus pula dipertimbangkan kriteria layak tidaknya penelitian tersebut dilakukan (Feasibility), yang dapat dilihat dari beberapa demensi yaitu : (a) Kompetensi peneliti, (b). Tersedia Faktor Pendukung., (c) Pertimbangan Biaya, waktu dan tenaga yang tersedia. (d).Scope Permasalahan., (e). Tidak Menyangkut etika / Sikap Moral Masyarakat.
F. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah merupakan pekerjaan yang sulit bagi setiap peneliti. Hal ini dapat menolong mahasiswa keluar dari kesulitan merumuskan judul dari masalah adanya pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga diidentifikasi variable-variabel yang dalam penelitian beserta definisi operasionalnya.
Bagaimanakah rumusan masalah yang baik ?
Pertama, perlu diingat bahwa masalah adalah titik tolak penelitian . Karena itu wajarlah bila kita merumuskannya dengan baik terlebih dahulu. Kedua, sebelum kita merumuskan masalah, terlebih dahulu kita harus menguraikan latar belakangnya. Tujuannya adalah agar masalah yang kita ketengahkan itu jelas. Masalah dikatakan baik jika :
(1). Dapat diteliti
Artinya masalah itu dapat dipecahkan melalui pengumpulan data dan pengolahan datanya.
(2).Kontribusinya terhadap penelitian ada
Yaitu yang ditemukan harus ada dan baru
(3). Pemecahannya baik bagi kita (peneliti)
Artinya sesuai dengan kemampuan meneliti kita, sumbernya ada dan sesuai dengan keterbatasan (limitasi) dalam waktu, biaya, daerah penelitian, generalisasi dll.
Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu , namun dapat disarankan hal-hal berikut ini :
(a) Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
(b) Rumusan itu hendaknya padat dan jelas
(c) Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan ini.
Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variable harus sampai melahirkan indicator-indikator dari setiap variable yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrument penelitian. Jadi setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan, misalnya variable apa saja yang akan diteliti, bagaimana hubungan antar variable dan agar masalah itu dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik.
Berdasarkan uraian di atas, maka contoh rumusan masalah penelitian diuraikan sebagai berikut :
a. Permasalahan yang bersifat deskriptif yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan tidak menhubungkan dengan variable saja.
Contoh :
1) Seberapa tinggi motivasi kerja guru dan staf tata usaha di SMA Negeri 1 Pontianak ?
2) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
3) Bagaimana kualitas guru–guru mata pelajaran yang tidak di ujikan nasional di SMA Negeri 1 Pontianak?
b. Permasalahan bersifat asosiatif adalah permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variable atau lebih. Adapun menurut sifat hubungan terdiri dari tiga jenis yaitu :
1) Hubungan simetris
Ialah hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variable atau lebih.
Contoh :
Sejauh mana hubungan antara keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan OSIS dengan tingginya prestasi belajar ?
2) Hubungan sebab akibat (kausal)
Ialah hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variable atu lebih
Contoh :
Seberapa besar hubungan keterampilan dan pengetahuan siswa terhadap hasil belajarnya di SMA Negeri 1 Pontianak ?
3) Hubungan interaktif
Ialah hubungan antara dua variable atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
Sejauh mana hubungan antara sikap guru dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Pontianak ?
c. Permasalahan bersifat Komparatif adalah permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih
Contoh :
Bagaimana kinerja guru SMA Negeri 1 Pontianak dibandingkan dengan kinerja guru SMA N 3 Pontianak ?
Setelah topik ditetapkan, langkah yang mutlak harus dilakukan adalah melakukan study pendahuluan. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dari perpustakaan, diskusi dengan para ahli / sejawat, ataupun penjajakan terhadap kemungkinan memperoleh dukungan atau berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam kegiatan penelitian di lapangan.
Tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara merumuskan masalah penelitian, namun dapat disarankan bahwa masalah sebaiknya dirumuskan dalam kalimat yang padat dan jelas sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda bagi pembaca. Rumusan masalah tidak harus berupa kalimat tanya (dapat berupa pertanyaan ataupun pernyataan), hanya saja disarankan bagi peneliti pemula agar dapat menyusun rumusan masalah penelitian dalam bentuk kalimat tanya. Dengan rumusan masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang jelas, akan dapat memberikan arah yang jelas pula pada jawaban yang akan tersaji dalam kesimpulan. Kriteria umum yang perlu diperhatikan adalah:
Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat yang bersifat kausalitas antara dua variabel atau lebih.
1. Dinyatakan secara jelas sehingga tidak menimbulkan interpretasi ganda, dan lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
2. Dapat diukur secara empirik dan obyektif. Untuk itu setelah masalah penelitian dirumuskan, maka peneliti dituntut untuk dapat menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur menjadi diskriptor-diskriptor yang teramati dan terukur
3. Tidak mencerminkan adanya ambisi pribadi atau mempersyaratkan jawaban dengan pertimbangan moral / etik.
Membahas permasalahan penelitian seringkali memunculkan adanya kekacauan pengertian antara permasalahan / topik penelitian, rumusan masalah (problem statement / problem formulation), pertanyaan penelitian (research question) dan judul penelitian. Antara masalah penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, hanya dapat dibedakan dari tingkat kekhususannya. Topik adalah permasalahan pokok yang menunjuk pada obyek, gejala atau kelompok tertentu yang akan diteliti, misalnya Kehidupan lanjut Usia, kompetensi mengajar dosen, dan sebagainya yang masih dapat dikembangkan menjadi beberapa permasalahan penelitian, kemudian dijabarkan menjadi rumusan masalah yang lebih spesifik yang menyangkut masalah khusus yang akan dijawab dalam penelitian, rumusan masalah masih dapat pula diuraikan dalam pertanyaan penelitian yang lebih mengacu pada tujuan-tujuan khusus penelitian yang sudah menunjukkan teknis pengumpulan data, tetapi juga sangat dimungkinkan masalah penelitian yang dirumuskan sekaligus sebagai pertanyaan penelitian. untuk melihat perbedaan antara topik, masalah penelitian, rumusan masalah dan research question tersebut dapat dicermati pada beberapa ilustrasi dari rumusan masalah penelitian dan pertanyaan penelitian.
G. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetangahkan indicator-indikator apa yang hendak dietemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variable-variabel penelitian. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian
Tujuan penelitian terdiri atas tujuan umum dan khusus . Tujuan umum menggambarkan secara singkat dalam satu kalimat apa yang ingin di capai melalui penelitian. Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk item-item atau butir-butir (misalnya 1,2,3 dan seterusnya) yang secara spesifik mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Tujuan penelitian disini tidak sama dengan tujuan yang ada di sampul, yang merupakan tujuan formal ( misalnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar) tetapi tujuan disini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabanya terletak pada kesimpulan penelitian.
H. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab searah dan akurat, maka sekarang kegunaannya apa dari penelitian tersebut.
Kegunaan penelitian adalah untuk menjelaskan tentang manfaat dari penelitian itu sendiri. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu untuk :
(1) mengembangkan ilmu atau kegunaan teoritis
(2) kegunaan secara praktis, yaitu membantu, memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchon. 2005. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian. Penerbit Rineka Cipta Karya, Jakarta.
Basirun .2007, Pengembangan Ide dan Merumuskan Masalah Penelitian.
http://www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi1basirun.doc; 28 April 2008
http://attarisk.net/wp-content/uploads/2008/04/masalah-penelitian.ppt#13; 28 April 2008
Madyo Eko Susilo. 2005. Penelitian Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PMPTK
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: AlfaBeta
Ruseffendi.2004, Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press
Romi Satria Wahono. 2007,
Penelitian Tugas Akhir Itu Mudah (2): Identifikasi Masalah.
http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/; 28 April 2008
Sumadi Suryabrata. 2000, Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Satutik Rahayu.2007. Masalah Penelitian. Surakarta. UNS: Tidak Diterbitkan
William N. Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Yin. Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Edisi Revisi. Devisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada, Jak